REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON – Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, akan bergabung dengan para pemimpin dunia lainnya dalam meluncurkan "Seruan Christchurch" untuk mengekang ekstremisme daring pada pertemuan KTT internasional di Paris pada Rabu (15/5). Seruan ini menyusul pembunuhan massal terburuk dalam sejarah Selandia Baru Maret kemarin.
Para peserta KTT Paris akan diminta untuk berkomitmen pada janji untuk menghilangkan konten teroris dan kekerasan ekstremis di media sosial dan platform daring lainnya.
Langkah itu dipicu oleh pembantaian pada Maret di dua masjid Christchurch oleh seorang supremasi kulit putih yang menggambarkan dirinya sendiri, yang menyiarkan rekaman langsung di Facebook dari kamera yang dipasang di kepala ketika dia menembak 51 orang.
Ardern telah menjadi kekuatan pendorong di belakang KTT Paris, bersama tuan rumah dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, setelah tragedi itu.
"Macron adalah salah satu pemimpin pertama yang memanggil perdana menteri setelah serangan itu, dan ia telah lama menjadikan menghapus konten online yang penuh kebencian sebagai prioritas," kata Duta Besar Selandia Baru untuk Prancis, Jane Coombs, kepada wartawan, dilansir AFP, Senin (13/5). "Ini masalah global yang membutuhkan respons global," kata Coombs.
Dalam sebuah opini di The New York Times selama akhir pekan, Ardern mengatakan pembantaian Christchurch menggarisbawahi tren baru yang mengerikan dalam kekejaman ekstremis. "Ini dirancang untuk disiarkan di internet. Seluruh acara disiarkan langsung ... skala jangkauan video mengerikan ini mengejutkan," tulisnya.
Ardern mengatakan Facebook menghapus 1,5 juta salinan video dalam waktu 24 jam setelah serangan, tetapi dia masih menemukan dirinya di antara mereka yang secara tidak sengaja melihat rekaman ketika diputar secara otomatis di feed media sosial mereka.
Sejak serangan itu, Ardern sangat mengecam raksasa teknologi karena tidak berbuat cukup untuk memerangi ekstremisme daring.
Peserta pada KTT Paris akan mencakup kepala negara atau pemerintah dari Inggris, Kanada, Irlandia, Norwegia, Yordania, Senegal, dan Indonesia.
Para eksekutif top dari Twitter, Microsoft, Google, dan Amazon juga akan hadir, meskipun Facebook Mark Zuckerberg akan diwakili eksekutif lain dari raksasa media sosial, setelah bertemu dengan Macron Jumat lalu.
"Kami sengaja membatasi jumlah peserta untuk memastikan kami dapat bergerak maju dengan cepat, tetapi idenya adalah untuk menciptakan sesuatu yang dapat kami buka untuk sebanyak mungkin orang," kata seorang sumber dalam kepresidenan Prancis.