REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) mengalami kekeringan terburuk selama hampir empat dasawarsa. Korean Central News Agency (KCNA) melaporkan, rata-rata hujan turun di Korut sebanyak 54,4 milimeter (2,1 inci) dalam lima bulan pertama tahun ini dan merupakan level terendah sejak 1982.
Laporan itu muncul setelah badan makanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan pada awal bulan ini bahwa sekitar 10 juta orang di Korut menderita kekurangan pangan yang cukup parah. Korut mengalami panen terburuk dalam satu dekade.
Pada Februari lalu, Duta Besar Korut untuk PBB, Kim Song mengeluarkan permohonan yang tidak biasa untuk bantuan pangan mendesak. Para pejabat Korea Utara telah menyatakan, kekurangan makanan disebabkan oleh cuaca buruk dan sanksi ekonomi internasional yang diperketat setelah negara tersebut melakukan serangkaian uji coba nuklir dan rudal dalam beberapa tahun terakhir.
KCNA mengatakan kekeringan diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir Mei. Sementara, surat kabar utama Korea Utara, Rodong Sinmun melaporkan pada Rabu lalu, para pejabat dan pekerja berusaha untuk menemukan sumber air baru dan memobilisasi pompa serta peralatan irigasi untuk meminimalkan gagal panen. Sebelumnya, Korut menderita kelaparan hebat pada pertengahan 1990-an dan diperkirakan telah menewaskan ratusan ribu orang.
Dalam pertemuan puncak tingkat tinggi di Vietnam pada bulan Februari, Presiden AS Donald Trump menolak seruan pemimpin Korut Kim Jong-un untuk melonggarkan sanksi. Hal itu sebagai imbalan atas pembongkaran kompleks nuklir utamanya. Namun, pertemuan tersebut berakhir tanpa kesepakatan.