REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Theresa May diperkirakan akan mengumumkan pengunduran dirinya. Hal itu dilaporkan media Inggris The Times pada Kamis (23/5 tanpa mengutip dari sumber mana pun.
The Times melaporkan May akan tetap menjadi perdana menteri. Sementara penggantinya akan menjalani proses dua tahap untuk menentukan dua kandidat terakhir yang akan ditentukan 125 suara anggota Partai Konservatif.
Sebelumnya diberitakan politisi-politisi pro-Brexit menolak Undang-undang Kesepakatan Penarikan (WAB) yang diajukan pemerintahan May. Legislasi itu akan mengimplementasi hengkangnya Inggris dari Uni Eropa.
"Kami diminta untuk melakukan pemungutan suara dalam bea cukai dan referendum kedua, undang-undang ini jelas bertentangan dengan manifesto kami dan saya tidak akan memilihnya, kami bisa dan harus lebih baik lagi, dan menjalankan apa yang sudah rakyat pilih," kata mantan Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson yang dikenal sangat pro-Brexit.
Dengan perbandingan suara 52-48 persen rakyat Inggris sudah menyatakan ingin keluar dari Uni Eropa pada referendum 2016 lalu. Tapi sampai saat ini politisi-politisi Inggris belum menyepakati kapan, bagaimana, dan apakah Brexit benar-benar dilakukan atau tidak.
Upaya May untuk bernegosiasi dan berkompromi dengan oposisi dari Partai Buruh pun mengalami kegagalan. Pada pekan lalu, Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn mengakhiri negosasi dengan pemerintah.
Dalam suratnya kepada pemerintah, Corbyn mengatakan pembicaraannya dengan May tentang kesepakatan untuk keluar Uni Eropa sudah sejauh yang dapat dilakukan. Corbyn menulis pembicaraan tersebut berdasarkan itikad baik kedua belah pihak.
Ia juga berterimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam upaya bersama tersebut. Menurutnya, pembicaraan sudah dilakukan dengan detail dan konstruktif.
"Namun sudah jelas, sementara ada beberapa area di mana kompromi itu memungkinkan, kami juga tidak mampu menjembatani perbedaan dalam kebijakan penting di antara kita," tulis Corbyn.