Jumat 24 May 2019 19:27 WIB

Ribuan Anak di Australia Serukan Lawan Perubahan Iklim

Ribuan anak di Australia dan Selandia Baru menuntut memerangi perubahan iklim.

Red: Nur Aini
Ilmuwan memperingatkan perubahan iklim dan menghangatnya suhu air di permukaan bumi berpotensi meningkatkan ancaman penyakit yang disebabkan bakteri bagi para perenang di pelabuhan Sydney.
Foto: abc
Ilmuwan memperingatkan perubahan iklim dan menghangatnya suhu air di permukaan bumi berpotensi meningkatkan ancaman penyakit yang disebabkan bakteri bagi para perenang di pelabuhan Sydney.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Ribuan pegiat muda di Australia dan Selandia Baru melakukan protes global pada Jumat (24/5) menuntut para politisi dan para pemimpin bisnis bergerak cepat mengurangi emisi gas rumah kaca untuk memerangi perubahan iklim.

Para koordinator memperkirakan satu juta anak muda mengikuti unjuk rasa di sedikitnya 110 negara, yang terinspirasi oleh aksi Greta Thunberg, 16 tahun, asal Swedia. Pegiat itu menuntut tindakan mendesak untuk memperlambat pemanasan global.

Baca Juga

"Saya khawatir akan seluruh bencana cuaca. Tiap waktu kita mengalami kebakaran hutan di sini, hewan lainnya mungkin punah," kata Nina Pasqualini, 13 tahun, yang mengikuti pawai di Melbourne. Aksi itu dipimpin kelompok Extinction Rebellion.

"Pemerintah tidak berbuat banyak sebagaimana seharusnya. Itu hanya menakutkan bagi generasi muda," kata dia, sambil memegang lembaran karton yang menyerukan penghentian pemberian izin bagi pembukaan tambang batu bara baru di Australia

Pemanasan global karena gas rumah kaca yang memerangkap panas dari pembakaran bahan bakar fosil telah membawa lebih banyak kekeringan dan gelombang panas, pencairan gletser, naiknya permukaan laut dan banjir yang menghancurkan, kata para ilmuwan. Australia baru saja mengalami musim panas yang paling panas.

Tahun lalu, emisi karbon global mencatat rekor tinggi, kendati Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim yang didukung PBB pada Oktober mengeluarkan peringatan bahwa keluaran gas-gas itu akan dikurangi selama 12 tahun mendatang untuk menstabilkan iklim.

Sejak Thunberg mulai melakukan protes sendirian terkait iklim di luar parlemen Swedia pada Agustus, gerakan pemogokan sekolah tiap Jumat "Fridays for Future" telah berkembang pesat, dengan kelompok-kelompok terinspirasi oleh aksinya yang terkoneksi dengan media sosial.

Sophie Hanford, penyelenggara nasional di Selandia Baru, dan para penyelenggara di Melbourne mengatakan mereka mengantisipasi pemogokan yang dilakukan siswa pada September yang akan mencakup orang-orang dewasa dan para pekerja.

"Jumlahnya bisa bertambah banyak. Ini hanya permulaaan," kata Hanford di program acara Sarapan Pagi televisi Selandia Baru.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement