Selasa 28 May 2019 23:47 WIB

Muhammadiyah Tegaskan Tetap Berada di Garis Islam Moderat

Kemoderatan Muhammadiyah mengarah pada perdamaian, persatuan, dan toleran.

Haedar Nasir
Foto: ROL
Haedar Nasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan, ormas yang dipimpinnya tetap berada di garis Islam moderat dan toleran terhadap keragaman. Kemoderatan Muhammadiyah mengarah pada perdamaian, persatuan, dan toleran.

"Sama, sejak dulu kami berada di garis moderat," kata Haedar saat berbincang dengan wartawan di Gedung Dakwah Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/5).

Menurut Haedar, moderat itu bukan hanya di internal sesama warga bangsa tapi lebih luas lagi di kancah global. Melalui kemoderatannya, kata Haedar, Muhammadiyah bisa terus berkontribusi pada umat dan masyarakat.

"Kita ingin umat maju pendidikannya, alam pikiran keagamannya dan segi ekonominya. Kalau mayoritas umat kita tidak mampu ekonomi misalnya maka hanya jadi maf'ul bihi atau objek penderita dari ekonomi," kata dia.

Umat yang marginal secara ekonomi, kata dia, mereka gampang panas dan marah. Maka ekonomi umat harus selalu digarap agar mampu bangkit. Menurut Haedar, Muhammadiyah memiliki keotentikan moderasi beragama yang memiliki bingkai yaitu berbatas yang jelas antara akidah dan realitas keberagaman.

"Kami konsisten nilai akidah ibadah menjadi prinsip yang diperkaya dengan realitas sehingga ibadah bisa harmonis," kata dia.

"Tapi kita arahkan jangan terlalu plural dan terlalu kontekstual. Jangan diminta lebih dari bingkai akidah ibadah. Kami juga tidak setuju pada pihak yang terlalu kontekstual yang tidak menerima keragaman," katanya, menambahkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement