Selasa 04 Jun 2019 20:53 WIB

Lontong dan Opor Jadi Menu Lebaran di Polandia

Kuliner Indonesia menjadi obat rindu WNI di Polandia.

Opor ayam, menu khas Lebaran.
Foto: Republika/Musiron
Opor ayam, menu khas Lebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga negara Indonesia yang tinggal di Warsawa, Polandia dan sekitarnya yang menunaikan Shalat Idul Fitri, di Wisma Duta, kediaman Duta Besar RI Siti Nugraha Mauludiah, Selasa (4/6) pagi. Sekitar 100 warga Indonesia berdatangan ke Wisma Duta sejak pukul 07.00 pagi.

Mereka bersemangat bersama-sama menunaikan ibadah Shalat Idul Fitri di bawah langit Warsawa. Perayaan Idul Fitri khas Indonesia tidak akan lengkap tanpa sajian kuliner khas Indonesia.

Baca Juga

Lontong, opor ayam, sambal goreng ati, bakso, kambing guling, dan sate ayam serta es teler siap memanjakan lidah para pengunjung acara open house yang diadakan setelah Shalat Idul Fitri. Para tamu yang hadir pun menikmati kue khas Lebaran di Tanah Air seperti kue nastar, kastangel, putri salju, lapis surabaya, dan lidah kucing.

"Saya senang karena bisa melaksanakan Shalat Ied dan berkumpul dengan sesama masyarakat Indonesia di sini, serta menikmati sajian khas Lebaran sebagai pengobat rasa rindu kepada Tanah air," kata Dwi, mahasiswa Indonesia asal Sumbawa, NTB.

Dia telah 8 bulan menempuh pendidikan S2 di Warsawa dan hari ini sengaja datang bersama-sama teman-teman sesama mahasiswa asal NTB ke Wisma Duta. Ia menyebut bakso dan es teler sebagai hidangan favoritnya.

"Saya selalu bersemangat untuk menghadiri acara open house di Wisma Duta antara lain adalah karena adanya kesempatan untuk berkumpul dengan sesama masyarakat Indonesia sambil menikmati lontong dan kambing guling," kata Zulfikar, salah seorang WNI yang aktif dalam kelompok Warsawa Gamelan Group.

Shalat Ied dipimpin dipimpin Gery Maulana Muhammad sebagai imam, dan khutbah Idul Fitri oleh Taufiq Lamsuhur, Konselor Fungsi Ekonomi KBRI Warsawa. Dalam ceramahnya, Taufiq Lamsuhur menyampaikan takbir merupakan manifestasi kebahagiaan umat Islam yang kembali mendapat fitrah.

 "Kita harus mampu mengendalikan diri, dan puasa tidak menjadi alasan untuk menurunkan kinerja," katanya pula.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement