Rabu 05 Jun 2019 21:48 WIB

Tradisi Sunan Gunung Jati yang Masih Dijaga Keraton

Sunan Gunung Jati mewariskan tradisi khotbah Id dengan bahasa Arab.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Gita Amanda
Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, Jawa Barat.
Foto: Republika/Agung Supriyanto/ca
Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Keraton Kesepuhan Cirebon menggelar shalat Idul Fitri dua kali. Pertama shalat di gelar di Masid Langgar Agung dan kedua di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Shalat pertama digelar jam 06.20 WIB sampai jam 6.35 dengan Khatib KH Abdul Latif Khatib Agung Masjid Sang Cipta Rasa. Khatbah pada shalat pertama disampaikan KH Abdul Latif menggunakan bahasa Arab dan khotbah shalat kedua disampaikan KH Jumhur Penghulu Kraton Kesepuhan.

Baca Juga

Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadingrat mengatakan khotbah bahasa Arab yang disampaikan KH Abdul Latif itu merupakan khotbah yang pernah disampaikan Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah semasa hidupnya.

"Iya (khatbah) bahasa Arab itu yang pernah disampaikan Syekh Syarif Hidayatullah," katanya saat ditemui Republika.co.id, setelah shalat Idul Fitri ke dua, Rabu (5/6).

Sultan Arief Natadingrat mengatakan, Keraton Kesepuhan Cirebon memiliki kitab khusus kumpulan ceramah-ceramah Syekh Syarif Hidayatullah. Ceramah Syekh Syarif Hidayatullah itu selalu digunakan sebagai materi khatbah pada hari-hari besar sepeti hari Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha.

"Kitab itu biasanya dibaca untuk khotbah setiap hari Jumat tradisinya di Masjid Sang Cipta Rasa khotbah menggunakan bahasa Arab, sementara Idul Fitri dan Idul Adha di Langgar Angung," katanya.

Sultan Arief mengatakan, isi khotbah Idul Fitri dan Idul Adha yang menggunakan bahasa Arab itu adalah tentang bagaiman kita mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, kepada setiap umatnya melalui kesempatan menjalankan ibadah Ramadhan.

"Intinya hampir semua sama pertama tentunya kita bersyukur, Alhamdulillah kita telah melaksanakan ibadah Ramadhan dan itu baru latihan," katanya.

Karena pada dasarnya, kata Sultan seperti yang disampaikan, Syekh Syarif Hidayatullah bahwa sebenarnya implementasi dari puasa satu bulan itu untuk yang 11 bulan yang akan datang.

"Bagaimana kita harus tetap bersabar dan mengendalikan nafsu dan perang melawan hawa nafsu kita dan tetap dalam ke Islaman kita," katanya.

Selain tradisi shalat dua kali pada Idul Fitri di Masid Langgar Agung dan kedua di Masjid Agung Sang Cipta Rasa dengan khatbah bahasa arab, tradisi yang terus dilestarikan juga adalah menggunakan tongkat saat khatbah milik Syekh Syarif Hidayatullah.

Tongkat panjang warna hitam dengan bentuk seperti keris bergelombang ini usianya sudah 600 tahun. Tongkat tersebut bahannya diambil dari kayu khusus yang bukan ditanam di darat.

"Tapi diambil dari dalam laut, semacam akar bahar dengan warna hitam dan dibuat percis untuk tongkat khatbah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement