Sabtu 08 Jun 2019 12:43 WIB

Mudik Berpotensi Alirkan Rp 9,7 Triliun ke Daerah Tujuan

Mudik dan Idul Fitri diharapkan bisa menggairahkan ekonomi daerah.

Tahu Raos H. Ugan. Tahu legendaris di seberang Masjid Besar Limbangan ini cocok dibawa pemudik sebagai oleh-oleh di kampung halaman.
Foto: Republika/Umar Mukhtar
Tahu Raos H. Ugan. Tahu legendaris di seberang Masjid Besar Limbangan ini cocok dibawa pemudik sebagai oleh-oleh di kampung halaman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perayaan Idul Fitri yang menjadi puncak perputaran uang terbesar di Indonesia. Idul Fitri berpotensi mengalirkan uang hingga Rp 9,7 triliun ke daerah tujuan mudik Lebaran 2019.

Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan hitungan potensi itu dihitung berdasarkan data jumlah pemudik Lebaran 2019. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang.

Baca Juga

Khusus DKI Jakarta, jumlah pemudik diperkirakan mencapai 7.346.430 jiwa. Jumlah ini naik sebesar 4 persen dari jumlah pemudik tahun 2018 sebesar 7.063.875 jiwa atau setara dengan 2.448.810 keluarga.

"Jika setiap rumah tangga kita rata ratakan membawa uang paling minim Rp 4 juta, maka uang yang mengalir ke daerah musim lebaran tahun 2019 ini diperkirakan mencapai Rp 9,5 triliun," ujar Sarman.

Uang tersebut, kata dia, mayoritas akan beredar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta dan Jawa Timur serta sebagian di Sumatera (Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan). Sisanya mengalir di daerah Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Dana tersebut, belum termasuk remitansi dari TKI Indonesia yang bekerja di luar negeri yang berjumlah hampir 9 juta orang. Sarman menilai kondisi tersebut akan membuat ekonomi daerah bergerak dan bergairah karena perputaran uang yang sangat tinggi.

"Jika kita membuat perhitungan yang sangat sederhana saja para TKI kita mengirimkan Rp 1 juta per orang menjelang Idul Fitri tahun ini maka daerah akan menerima perputaran tambahan sebesar Rp 9 triliun, walaupun kecenderungannya dana tersebut tidak akan dibelanjakan semua," imbuhnya.

Belanja konsumsi masyarakat itu diharapkan akan mampu memberikan kontribusi dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi triwulan kedua. Pertumbuhan ekonomi triwulan kedua diperkirakan dapat mencapai 5,2 persen. Angka ini naik dari pertumbuhan ekonomi triwuilan pertama yang hanya mencapai 5,07 persen.

"Momentum perayaan Idul Fitri tahun ini diharapkan akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan kedua karena hampir 60 persen bersumber dari konsumsi masyarakat," katanya.

Sarman menambahkan, konsumsi masyarakat di daerah akan banyak berputar di sektor pariwisata. Bisnis oleh-oleh khas daerah, aneka produk UKM seperti makanan/kuliner dan kerajinan daerah akan mendapatkan imbas positif dari Hari Raya.

Masa liburan Idul Fitri tahun ini yang mencapai 11 hari juga dinilai sangat mendukung perputaran uang di daerah karena para pemudik lebih leluasa untuk mengatur jadwal wisata di daerah masing masing. "Namun, karena habis Idul Fitri langsung memasuki tahun ajaran baru yang memerlukan biaya masuk sekolah maka terbuka kemungkinan para pemudik agak sedikit ''ngerem'' dan selektif dalam membelanjakan uangnya," ungkapnya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement