REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menerima surat dari pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. Menurut dia, surat tersebut menjadi penanda tentang akan adanya peristiwa positif.
“Saya memang menerima surat yang indah dari Kim Jong-un. Saya menghargai surat itu. Surat yang sangat hangat, sangat bagus,” kata Trump saat berbicara kepada awak media di Gedung Putih pada Selasa (11/6).
Dia mengindikasikan bahwa sebuah peristiwa positif akan teradi. “Saya pikir sesuatu akan terjadi yang akan menjadi sangat positif,” ucapnya tanpa memberikan penjelasan lebih terperinci.
Pada kesempatan itu, Trump pun mengomentari laporan yang menyebut bahwa saudara tiri Kim Jong-un, yakni Kim Jong-nam, merupakan seorang informan CIA. Trump menegaskan bahwa hal itu tidak akan terjadi di bawah pemerintahannya.
Trump menilai, sejauh ini Korut menepati janjinya untuk tidak menguji rudal balistik jarak jauh atau melakukan uji coba nuklir bawah tanah. Oleh sebab itu, dia tak mengesampingkan tentang kemungkinan pertemuan ketiga antara dirinya dan Kim Jong-un.
Trump dan Kim terakhir kali bertemu di Vietnam pada Februari lalu. Mereka membahas langkah-langkah menuju denuklirisasi Semenanjung Korea. Namun pertemuan tersebut gagal membuahkan hasil yang diharapkan.
Penyebabnya adalah keengganan AS mengabulkan permintaan Korut untuk mencabut sebagian sanksi ekonominya. Pyongyang menilai hal itu layak dilakukan karena ia telah menutup sebagian situs uji coba rudal serta nuklirnya.
Namun Washington menegaskan bahwa sanksi hanya akan dicabut jika Korut telah melakukan denuklirisasi secara menyeluruh dan terverifikasi.