Rabu 12 Jun 2019 14:14 WIB

5.703 Orang Mengungsi Akibat Banjir di Konawe Utara

Pengungsi itu berasal dari 42 desa dan tiga kelurahan di enam kecamatan.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andi Nur Aminah
Sebuah mobil berusaha melintasi banjir luapan Sungai Pohara di Desa Andadowi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/6/2019).
Foto: Antara/Jojon
Sebuah mobil berusaha melintasi banjir luapan Sungai Pohara di Desa Andadowi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Selasa (11/6) malam sedikitnya 5.703 orang mengungsi akibat bencana banjir di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. "Sampai dengan 11 Juni 2019 pukul 21.00 WITA, total 1.598 kepala keluarga (KK) atau 5.703 jiwa mengungsi dari 42 desa dan tiga kelurahan di enam kecamatan," kata Kasubdit Pengembalian Hak Pengungsi Kedeputian Penanganan Darurat BNPB Budhi Erwanto saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (12/6).

Ia merinci, di Kecamatan Andowia 526 KK/ 1.665 jiwa, Kecamatan Oheo 202 KK/ 573 jiwa, Kecamatan Asera 655 KK/ 2.608 jiwa, Kecamatan Landawe 103 KK/ 409 jiwa, Kecamatan Langgikima 12 KK/ 48 jiwa, dan Kecamatan Wiwirano yang masih dalam pendataan. Ia menyebutkan, banjir juga membuat rumah hanyut 202 unit dan rumah terendam 1.396 unit.

Baca Juga

Kemudian lahan sawah 970,3 hektare area (Ha), lahan jagung 83,5 Ha, dan tambak 420 Ha. Kemudian sebanyak tiga unit pasar tradisional terendam, yaitu Pasar Landawe, Lembo, dan Laronanga.

Kemudian fasilitas umum (fasum) dan fasos seperti 28 gedung sekolah (8 SD, tiga SMP, dan 17 PAUD) dan dua gedung balai desa. Ia menambahkan, satu jembatan penghubung Desa Laronanga - Desa Puwonua hanyut, satu jembatan tidak bisa dilalui karena terendam di Desa Padalerutama. Lalu jembatan pada jalan antarprovinsi di Kelurahan Asera terputus, dan jembatan di Desa Amorome Utama hanyut.

Kemudian Jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Desa Tanggulari - Desa Tapuwatu terputus. Sebanyak lima bangunan masjid terendam, dua unit puskesmas terendam di Kecamatan Andowia. Lebih lanjut dia menyebutkan pengungsi membutuhkan pelayanan kesehatan, dapur umum dan kebutuhan dasar, matras, tenda pengungsi, selimut, dan family kit. "Selain itu genset, alat komunikasi, light tower, pakaian layak pakai, makanan siap saji, gas elpiji, senter, sepatu boot, sarung tangan, juga mantel," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya menyusun form pendataan pengungsi dan pendistribusian logistik. Selain itu, tim BNPB terus monitoring ketinggian air. "Kami juga melakukan evakuasi dan penyelamatan masyarakat terdampak," ujarnya.

Ia mengklaim, helikopter sudah beroperasi menyalurkan bantuan logistik dan personel di lokasi yang terisolir. Helikopter tersebut melakukan distribusi logistik, personel, dan evakuasi sebanyak 2 Sorti yaitu sorti 1 Lapangan Kecamatan Oheo dan sorti 2 Desa Mopute Kecamatan Oheo.

Selain itu, dia menambahkan, bantuan tenda pengungsi dari BNPB telah dipasang di beberapa titik pengungsian. Yaitu di Desa Tapuwatu dan Kelurahan Asera di Kecamatan Asera, dan Desa Lahimbua dan Kelurahan Andowia di Kecamatan Andowia. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement