Rabu 12 Jun 2019 15:42 WIB

KN Yefyus Angkut Penumpang di Tiga Pulau di Papua Barat

Masyarakat di tiga pulau itu hanya bergantung pada transportasi laut.

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan mengerahkan Kapal Negara Kenavigasian KN Yefyus milik Distrik Navigasi Kelas I Sorong. Kapal ini diperbantukan mengangkut penumpang yang tidak terangkut di Pulau Ayau, Pulau Fani dan Distrik Kabare, Papua Barat.
Foto: Foto: Humas Ditjen Hubla
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan mengerahkan Kapal Negara Kenavigasian KN Yefyus milik Distrik Navigasi Kelas I Sorong. Kapal ini diperbantukan mengangkut penumpang yang tidak terangkut di Pulau Ayau, Pulau Fani dan Distrik Kabare, Papua Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, SORONG -- Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan mengerahkan Kapal Negara Kenavigasian KN Yefyus milik Distrik Navigasi Kelas I Sorong. Kapal ini diperbantukan mengangkut penumpang yang tidak terangkut di Pulau Ayau, Pulau Fani dan Distrik Kabare, Papua Barat.

Pengerahan KN Yesyus itu menyusul musibah kandasnya kapal perintis KM Sabuk Nusantara 56 di sekitar Perairan Raja Ampat (Pulau Ayau) Papua Barat pada 7 Juni 2019. Akibat kandasnya kapal KM. Sabuk Nusantara 56 tersebut, sejumlah penumpang di Pulau Ayau, Pulau Fani dan Kabare yang telah bersiap untuk ke Sorong gagal berangkat.

Mengingat masyarakat di ketiga pulau tersebut transportasinya hanya bergantung pada angkutan laut, maka Ditjen Hubla segera mengambil langkah dengan mengirimkan kapal KN. Yefyus untuk mengangkut penunpang di ketiga pulau tersebut. 

Kepala Distrik Navigasi Kelas I Sorong Marasabessy Haekal Dachlan mengatakan, setelah dilakukan koordinasi, kapal Navigasi KN Yefyus beserta tim dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Sorong dan Disnav Kelas I Sorong berangkat ke lokasi pada 10 Juni 2019 pukul 22.00 WIT untuk mengangkut penumpang yang telah menunggu dengan hasil kebun yang akan dijual di Sorong.

“Setelah menempuh perjalanan sekitar 9 jam dari Sorong, kapal berlabuh di Pulau Ayau dan tidak bisa sandar sehingga para penumpang harus menggunakan perahu longboat sebagai rede untuk naik ke atas kapal,” kata Haekal, dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Rabu (12/6).

Setelah selesai, lanjut Haekal, kapal menuju Pulau Fani dengan proses embarkasi yang sama menggunakan perahu longboat. Adapun Pulau Fani merupakan pulau terluar di Papua Barat.

Dari Pulau Fani, KN Yefyus menuju ke Kabare dan sandar di dermaga. Selanjutnya tanggal 11 Juni 2019 pukul 22.30 kapal bertolak ke Sorong dengan membawa total penumpang 233 orang.

“Alhamdulillah pagi ini (12/6) pukul 08.00 WIT, kapal KN.Yefyus telah tiba di Pelabuhan Sorong dengan selamat, Kondisi kapal dalam keadaan baik dan para ABK serta petugas yang ditugaskan dari Disnav Sorong dan KSOP Sorong juga dalam keadaan sehat,” kata Haekal.

Menurut Kepala Adat Kampung Doreker di Pulau Ayau, Boster Umpes,  kehadiran KN Yefyus melalui tugas perbantuan ini sangat membantu masyarakat. Ini karena mereka telah mempersiapkan sejumlah kecil dari hasil perkebunan seperti pisang, kelapa dan hasil perikanan mereka untuk dijual ke Sorong. "Jika tidak ada kapal, maka hasil kebun dan ikan akan sulit untuk dijual," ujarnya. 

Mereka sangat berharap jalur perintis ke daerah mereka tidak berhenti karena masyarakat hanya bergantung pada transportasi laut, terutama kapal perintis.

“Untuk itu atas nama warga masyarakat, kami menyampaikan terima kasih atas perhatian dari pemerintah, khususnya Kementerian Perhubungan,” ucap Boster.  

Pada kesempatan ini, Haekal mengungkapkan, pihaknya sangat bersyukur karena kehadiran KN. Yefyus dapat membantu masyarakat di Papua Barat dan mereka yang naik kapal KN. Yefyus tidak dipungut biaya alias gratis. 

“Kami berupaya agar masyarakat di wilayah terpencil di Papua Barat bisa ikut menikmati mudik gratis sama seperti saudara-saudara yang ada di Jakarta dan kota-kota besar lainnya dengan moda transportasi yang layak sehingga tidak ada biaya apapun yang dipungut kepada penumpang untuk mengangkut mereka dari tempat asal ke tujuan Pelabuhan Sorong,” tutur Haekal.

Sementara Kepala Kantor KSOP Kelas I Sorong M Takwim Masuku mengatakan, KSOP Sorong telah terlebih dahulu mengirimkan tim survey underwater untuk melakukan penyelaman dan pembersihan karang yang menghalangi serta mengirim tugboat untuk menarik kapal KM Sabuk Nusantara 56 pada Ahad (9/6).

“Tim kami kembali melakukan upaya evakuasi kapal pada Selasa kemarin (11/6) di mana kapal ditarik oleh tugboat TB Mitra Ocean, namun belum berhasil sehingga proses evakuasi dihentikan sementara dan menunggu upaya lebih lanjut,” ujar Takwim.

Dia menambahkan, diperlukan secepatnya kapal pengganti atau deviasi kapal perintis lain untuk mengisi kekosongan trayek ke pulau-pulau tersebut sehingga masyarakat dapat tetap terlayani. “Dari hasil evaluasi kami, untuk mengisi kekosongan trayek ke pulau-pulau tersebut adalah dengan melakukan deviasi dan omisi pelabuhan singgah kapal perintis trayek R-96 yakni KM Sabuk Nusantara 61,” ujarnya.  

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement