Kamis 13 Jun 2019 17:40 WIB

Pelaku Wisata NTB Sambut Pembukaan Jalur Pendakian Rinjani

Pariwisata NTB sempat lesu karena tiket pesawat mahal.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Dwi Murdaningsih
 Sejumlah pendaki turun dari puncak Gunung Rinjani, Sembalun, Lombok Timur, NTB, Rabu (30/7). (Antara/Eka Fitriani)
Sejumlah pendaki turun dari puncak Gunung Rinjani, Sembalun, Lombok Timur, NTB, Rabu (30/7). (Antara/Eka Fitriani)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pelaku usaha menyambut dibuka kembalinya jalur pendakian Rinjani pada Jumat (14/6). Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) atau Asosiasi General Manager Hotel Indonesia Chapter Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Ernanda Agung Dewobroto berharap semakin banyak orang yang mengunjungi NTB.

Ernanda menilai pembukaan kembali jalur pendakian dapat menumbuhkan sektor pariwisata di kawasan sekitar Gunung Rinjani seperti Sembalun di Lombok Timur dan Senaru di Lombok Utara yang sempat melesu akibat dampak gempa tahun lalu.

Baca Juga

"Pasti akan sangat membantu okupansi hotel-hotel di sekitar Rinjani," ucap Ernanda.

Menurut Ernanda, pembukaan jalur pendakian Gunung Rinjani membawa dampak positif bagi pemulihan sektor pariwisata NTB. Tterlebih kini juga sudah ada penerbangan langsung rute Perth, Australia-Lombok dengan AirAsia yang diharapkan juga membawa para wisatawan berkunjung ke sejumlah destinasi wisata di Lombok.

Ernanda menyampaikan, dampak positif pembukaan jalur pendakian juga akan berimbas pada sektor perhotelan di Mataram, di mana para pendaki bisa juga singgah untuk bermalam, baik sebelum atau setelah melakukan pendakian.

"Ada beberapa dari calon pendaki yang datang dengan penerbangan malam menginap dulu di Mataram baru ke Gunung Rinjani," kata Ernanda.

Sebelumnya, Ernanda juga menyampaikan sejumlah persoalan yang dihadapi para pelaku usaha yang bergerak di sektor pariwisata, salah satunya industri perhotelan.

Persoalan pertama berkaitan dengan harga tiket pesawat yang melambung tinggi menyebabkan rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kota Mataram.

"Awal-awal tiket mahal, banyak sekali yang membatalkan pesanan kamarnya," kata dia di Mataram, NTB, Senin (10/6).

Padahal, kata Ernanda, hotel-hotel di Mataram sudah menurunkan tarif kamar hotel. Ernanda menyampaikan calon wisatawan sejatinya tidak keberatan dengan tarif kamar lantaran sudah sangat kompetitif, namun terkendala dengan tingginya harga tiket pesawat, terlebih jika yang datang dalam jumlah banyak.

Persoalan lain, lanjut Ernanda, terkait kurangnya atraksi di Matatam. Ernanda menilai Mataram belum memiliki atraksi atau kegiatan pariwisata yang secara rutin digelar. Padahal hal ini sangat dibutuhkan wisatawan saat berkunjung ke suatu destinasi.

"Kita berharap Pemkot (Pemerintah Kota) Mataram mulai memikirkan banyak hal yang berhubungan dengan pariwisata, di Mataram ini tidak ada kegiatan budaya atau seni yang rutin terjadwal," kata Ernanda.

Ernanda mengambil contoh kegiatan Tari Kecak di Pura Uluwatu di Pulau Bali yang digelar setiap hari. Pun dengan ragam atraksi di Bali yang secara rutin digelar dan sudah terjadwal sehingga memudahkan wisatawan dalam merencanakan perjalanan.

"Kita ke Uluwatu dan GWK (Bali) setiap hari ada kegiatan, di Mataram ini yang tidak ada, pemerintah kota seharusnya sadar dengan itu," ucap Ernanda.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement