REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan mengirim lebih dari 1.000 personel militer tambahan ke Timur Tengah. Hal itu dilakukan dengan alasan kekhawatiran atas ancaman Iran, menyusul serangan dua kapal tanker di Teluk Oman pekan lalu.
“AS tidak mencari konflik dengan Iran, namun serangan-serangan Iran baru-baru ini mengesahkan informasi intelijen yang kami terima atas perilaku bermusuhan oleh pasukan Iran dan kelompok-kelompok proksi mereka yang mengancam,” ujar Pelaksana Tugas Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan dilansir DW, Selasa (18/6).
Sebelumnya, pada Mei lalu terdapat 1.500 tentara AS yang dikirim ke Timur Tengah setelah serangkaian serangan kapal tanker minyak Arab Saudi di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA). Saat itu, Iran telah dituding berada di balik insiden meski dibantah dengan tegas oleh negara tersebut.
Departemen Pertahanan AS mengklaim telah merilisi beberapa foto baru yang membuktikan pasukan Iran berada di balik serangan kapal tanker di Teluk Oman pada Kamis (13/6) lalu. Menurut Pentagon, foto-foto itu diambil dari sebuah helikopter Angkatan Laut dan menunjukkan beberapa Garda Revolusi Iran mengeluarkan sebuah ranjau magnet dari dekat tanker Kokuka milik Jepang. Sementara, foto kedua dimaksudkan untuk menunjukkan lubang besar di sisi tanker lainnya.
“Iran bertanggung jawab atas serangan berdasarkan bukti video dan sumber daya serta kecakapan yang diperlukan untuk dengan cepat menghapus tambang limpet yang tidak meledak," ujar Departemen Pertahanan AS.
Inggris juga melakukan penyelidikan independen yang menyatakan Iran terlibat dalam serangan kapal tanker tersebut. Meski demikian, Uni Eropa menyerukan agar semua pihak berhati-hati sebelum mengambil kesimpulan.