Sabtu 26 Apr 2025 14:30 WIB

Bagaimana Iklim Memengaruhi Karakter Masyarakat?

Menurut Ibnu Khaldun, karakter suatu masyarakat juga dipengaruhi iklim setempat.

Perubahan iklim (ilustrasi)
Foto: Freepik
Perubahan iklim (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibnu Khaldun meyakini, kondisi iklim memengaruhi kebudayaan. Argumentasinya adalah, bagian bumi yang melahirkan peradaban pasti didukung adanya sumber daya alam setempat. Dalam Muqaddimah, ia memaparkan bahwa bumi dapat dibagi ke dalam tujuh wilayah. Dari jumlah tersebut, hanya tiga wilayah yang kondusif untuk tumbuhnya peradaban.

Ketiga wilayah itu terletak di antara dua area, yakni utara dan selatan, yang merepresentasikan masing-masing iklim dingin dan panas ekstrem. Di ketiga wilayah tersebut, terbentang wilayah-wilayah yang kondusif, tetapi masih dibeda-bedakan pula berdasarkan hawa udaranya. Yang jelas, peradaban akan tumbuh lebih pesat di kawasan yang beriklim tidak ekstrem panas dan tidak pula ekstrem dingin. Tanah yang subur juga turut mendukung kemajuan masyarakat setempat.

Baca Juga

Daerah-daerah dengan iklim moderat, menurut Ibnu Khaldun, dihuni oleh orang-orang yang dapat menghasilkan peradaban tinggi. Sebab, mereka memiliki budaya menetap. Prioritasnya bukanlah sekadar untuk bertahan hidup—seperti yang dialami masyarakat penghuni bagian-bumi beriklim ekstrem dingin maupun panas.

Dengan logika yang sama, masyarakat yang tinggal di gurun, umpamanya, akan memiliki ciri-ciri fisik yang lebih unggul daripada mereka yang tinggal di dataran yang beriklim sejuk dan subur. Sebab, kaum yang akrab dengan suasana padang pasir itu jauh dari pola kehidupan yang nyaman. Iklim yang sedang akan memberikan suasana hangat kepada fisik dan karakteristik orang-orang yang tinggal di sana. Keadaan itu pun mendukung kapasitas mereka dalam belajar.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Teori Ibnu Khaldun itu pada era kini menjadi perhatian para peneliti modern, terutama kaum saintis yang menyoroti krisis perubahan iklim (climate change). Akibat fenomena global iklim, sebagai contoh, banyak kawasan pesisir di seluruh dunia yang terancam tenggelam. Potensi gagal panen pun dikhawatirkan terjadi sehingga menimbulkan kelaparan atau paceklik pangan. Dalam perspektif sang sarjana Muslim, iklim yang baik diperlukan agar peradaban yang unggul dapat terwujud. Maka dari itu, masa depan dunia tidak akan aman sebelum climate change ini diatasi bersama-sama.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement