Kamis 20 Jun 2019 19:00 WIB

Istana akan Panggil Menhan Soal TNI Terpapar Radikalisme

Menhan menyebut tiga persen anggota TNI terpapar radikalisme.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andri Saubani
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (kiri) berbincang dengan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kanan) sebelum mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/6/2019).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (kiri) berbincang dengan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kanan) sebelum mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istana Kepresidenan akan memanggil Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu terkait pernyataannya bahwa tiga persen anggota TNI terpapar paham radikalisme. Kepala Staf Presiden Moeldoko menyebutkan, dirinya akan mengkonfirmasi kepada Menhan terkait penyebutkan angka tersebut, termasuk mengusut sumber data atau survei yang dipakai.

"Dasarnya apa, riset atau survei dari mana biar clear. (tiga persen) Cukup banyak makanya kita ingin tahu apa," kata Moeldoko di Kantor Staf Presiden, Kamis (20/6).

Baca Juga

Sebelumnya, dalam acara halalbihalal Mabes TNI, Menhan mengaku prihatin dengan dengan sekelompok tertentu yang ingin mengganti ideologi negara Pancasila dengan ideologi khilafah negara Islam. Bahkan, menurutnya, ada prajurit TNI yang terpapar paham radikalisme.

Berdasarkan data yang dimiliki Kemhan, sebanyak sekitar tiga persen anggota TNI yang sudah terpapar paham radikalisme dan tidak setuju dengan ideologi negara, Pancasila. Selain prajurit TNI yang tidak setuju dengan Pancasila, kata Ryamizard, sebanyak 23,4 persen mahasiswa setuju dengan negara Islam/ khilafah, lalu ada 23,3 persen pelajar SMA. Kemudian ada 18,1 persen pegawai swasta menyatakan tidak setuju dengan ideologi Pancasila, 19,4 persen PNS menyatakan tidak setuju dengan ideologi Pancasila, dan 19,1 persen pegawai BUMN tidak setuju dengan Pancasila.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement