REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya Bakar mengomentari banjir Konawe Sulawesi Tenggara di sela-sela pelaksanaan peresmian Sidarling dan Ecoparian di Tukad Badung, Denpasar, Bali, Kamis (20/6). "Terkait banjir Konawe, saya harus lihat datanya karena dalam hal ini harus dilihat secara keseluruhan dalam satu sistem daerah aliran sungai. Itu daerah aliran sungai 600 ribu ha, untuk tambangnya secara keseluruhan, rasanya tidak sampai 8 ribu ha, jadi memang harus dilihat betul di upstream bagian mana, disamping itu, anak-anak kami di lapangan juga lagi mengecek," kata Siti Nurbaya.
Ia mengatakan, terkait musibah banjir yang melanda kawasan Sulawesi Tenggara itu, saat ini pihaknya sedang mengecek lebih lanjut dengan mengumpulkan data-data secara keseluruhan. Terutama terkait sistem daerah aliran sungai yang berada di sekitar lokasi banjir.
Selain itu, pengecekan juga dilakukan terhadap aliran sungai seluas 600 ribu hektar dengan kawasan tambang yang tidak mencapai 8.000 hektar ini. Untuk itu, pengecakan dimulai dari hulu ke hulu untuk mendeteksi penyebab asal dari banjir yang datang.
Sebelumnya, Siti menyampaikan akan meneliti terkait dengan ekses dari perizinan terhadap banjir besar yang terjadi di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Selain itu juga tentang penanganan di wilayah hulu, Siti akan mengikuti arahan Presiden Joko Widodo dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berfokus untuk menangani persoalan di hulu dengan melakukan penanaman pohon.
"Tapi kalau sekarang tanam hasilnya kan baru tiga tahun lagi. Berarti sekarang yang harus dicek adalah bangunan-bangunan penahan, (mengatasi) erosi paling. Itu yang mungkin bisa dipercepat dari pada soal menanam," ujar Siti menjelaskan.
Kondisi banjir di Sulawesi Tenggara yang melanda Kabupaten Konawe dipicu karena curah hujan dengan intensitas tinggi. Kondisi itu mengakibatkan 36 jiwa mengungsi dan 240 jiwa terdampak.