Jumat 21 Jun 2019 19:14 WIB

Mendisiplinkan Diri

Mendisiplinkan diri untuk teguh dalam iman dan beramal saleh

Zikir dan munajat kepada Allah (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Zikir dan munajat kepada Allah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Bajuri

Disiplin diri atau istiqomah dalam istilah Islam merupakan kunci sukses untuk menjalani kehidupan. Istiqomah, menurut Syarif Ali bin Muhammad al-Jurjani, adalah lawan dari zig-zag yakni berjalannya seorang hamba di jalan peribadatan dengan senantiasa mengikuti petunjuk akal (At-Ta'rifat, hlm 19).

Baca Juga

Sementara itu, Syekh Ali Mahfud dalam Hidayatul Mursyidin berkata, "Istiqomah adalah konsisten mengikuti jalan yang ditempuh oleh Muhammad SAW, berakhlak dengan akhlak yang diridhai oleh Allah, serta sikap dan tindakannya jauh dari pengaruh hawa nafsu.

Sebab, orang yang dikuasai oleh hawa nafsu mata hatinya menjadi buta, akibatnya ia tidak bisa membedakan antara yang sunah dan yang bidah, yang baik dan yang buruk. Bahkan, yang terjadi sebaliknya, bidah dianggap sunah, sunah dibilang bidah, salah dikatakan benar, atau benar dikatakan salah."

Selanjutnya, Syekh Ali Mahfud mengatakan bahwa untuk sampai pada istiqomah, seseorang hendaknya menempuh tiga tahapan.

Pertama, at-taqwim, yaitu melatih jiwa dengan memperbaiki anggota badan dan amal perbuatan, dengan dilandasi oleh perasaan takut dan harapan kepada Allah, sehingga amal baik dan ketaatan menjadi kebiasaan.

Kedua, al-iqomah, yaitu mendisiplinkan jiwa dan membersihkan hati dari akhlak dan penyakit yang tercela, seperti iri hati, dengki, sombong, ujub, nifak, dan riya'. Ketiga, al-istiqomah.

"Dan beribadahlah untuk Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (QS al-Hijr [15]: 99).

"Katakanlah (Muhammad), 'Aku ini hanyalah seorang manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu istiqamah-lah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya.' " (QS Fushshilat [41]: 6).

Pada dua ayat di atas, kita diperintahkan untuk beribadah kepada Allah secara istiqamah hingga akhir hayat. Untuk itu, dibutuhkan sikap teguh berpendirian dalam tauhid dan selalu konsisten untuk beramal saleh.

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement