Kamis 27 Jun 2019 06:40 WIB

Agar Manuskrip Kuno Menarik untuk Generasi Muda

Manuskrip kuno sangat cocok diterapkan dalam kehidupan saat ini.

Abdi Dalem Perpustkaan Pura Pakualaman, Nyi M.W. Sestromurti (Ratna Mukti Rarasasri) menunjukkan salah satu manuskrip kuno yang usianya lebih dari 150 tahun. Pihak kerajaan berupaya melakukan alih aksara dan alih bahasa untuk seluruh manuskrip dan naskah kuno di Puro Pakualaman Yogyakarta.
Foto: Sapto Andika Candra
Abdi Dalem Perpustkaan Pura Pakualaman, Nyi M.W. Sestromurti (Ratna Mukti Rarasasri) menunjukkan salah satu manuskrip kuno yang usianya lebih dari 150 tahun. Pihak kerajaan berupaya melakukan alih aksara dan alih bahasa untuk seluruh manuskrip dan naskah kuno di Puro Pakualaman Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Ulama dan intelektual nusantara meninggalkan banyak manuskrip di segala aspek kehidupan. Manuskrip tersebut disebut sangat cocok diterapkan dalam kehidupan saat ini.

Balai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Agama Jakarta fokus melakukan katogisasi manuskrip kuno untuk yang sudah tehimpun dan terkumpul. Hal itu guna mengambangkan data-data yang ada.

“Sekarang kita akan menyediakan data, informasi manuskrip nusantara yang jumlahnya banyak itu, sekurang-kurangnya dalam bentul katalog,” kata Kepala Balai Litbang Agama Jakarta Nurudin kepada Republika, Rabu (26/6).

Selain itu, Balai Litbang Agama juga mengambangkan naskah kuno dalam instrumen lain, seperti informasi berupa video singkat. Paling tidak, naskah kuno yang sudah dikonservasi akan didigitalisasi untuk konsumsi publik.

Sebab, Nurudin mengatakan, naskah kuno memiliki kajian yang sangat beragam, mulai dari agama dan keagamaan, tata kelola pemerintahan, farmasi, hubungan sosial, dan sebagainya.

“Ada banyak hal yang kita temukan. Makanya, akan kita dorong itu supaya hadir lagi dalam bentuk yang lain, menarik buat generasi muda, tidak sebatas terhenti di diskusi-diskusi di pergurua tinggi,” ujar Nurudin.

Dia menjelaskan, salah satu prioritas pengembangan manuskrip yakni bekerja sama dengan sejumlah lembaga, seperti LIPI, Masyarakat Pernaskahan UI. Selama ini, Balai Litbang Agama melakukan riset secara kolaboratif.

Nurudin menyebut salah satu kekurangan Balai Litbang Agama, yakni selama ini masih sebatas menghimpun, mendata, dan mengkatalogisasi beberapa naskah dari daerah. Balai Litbang Agama belum pada tahap mendiskusikan lebih lanjut terhadap pemanfaatan naskah kuno itu. Dia mencontohkan Balai Litbang Agama menemukan naskah nusantara yang mengkaji tentang tsunami atau smong. Apabila naskah tersebut sudah dibahas, kemungkinan ilmunya bisa reaktualisasi di akademik atau menjadi muatan pembelajaran. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement