REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyak lembaga baik dalam maupun luar negeri yang tertarik dengan konten warisan budaya Indonesia.
Suubkoordinator Perawatan dan Perbaikan Bahan Perpustakaan Terekam dan Naskah Kuno Perpustakaan Nasional, Aris Riyadi, mengungkapkan pihaknya telah melakukan pelestarian koleksi warisan naskah kuno dengan berbagai cara.
“Saya melihat sebuah fenomena, memang banyak lembaga dalam dan luar negeri yang tertarik dengan konten warisan budaya kita," ujar Aris, dikutip Republika.co.id dari laman resmi Perpusnas, Jumat (3/9).
Dia menjelaskan, hal tersebut membuat program digitalisasi koleksi, dokumen bersejarah, atau dengan nilai budaya tinggi menjadi gencar dilakukan untuk mendapatkan informasinya.
Namun dia menyayangkan hal tersebut terkadang tidak berimbang dengan sasaran fisik, yang menurut dia cenderung diabaikan. "Hal ini kadang-kadang tidak berimbang dengan sasaran fisik yang cenderung diabaikan," tutur Aris.
Aris kemudian mengibaratkan naskah kuno seperti sebuah koin emas yang memiliki dua sisi berharga. Naskah kuno baik nilai fisiknya maupun nilai informasinya.
Naskah kuno, kata Aris, juga merupakan sebuah warisan budaya yang sama-sama penting. Perpusnas telah melakukan berbagai cara dalam rangka melestarikan koleksi yang dimiliki.
Dia menjelaskan, banyak sekali bahan perpustakaan yang ada di Perpusnas, mulai dari kertas, karya rekam, dan naskah kuno yang memiliki karakter dan membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda dalam upaya pelestariannya.
Semua itu dia katakan pada webinar bertajuk "Mempertahanankan Indentitas Bangsa Melalui Koleksi Bersejarah dan Warisan Budaya” yang digelar secara daring, Selasa (31/8) lalu.
Dalam kegiatan itu Perpusnas juga menghadirkan dua peneliti naskah koleksi Indonesia dari Staat Bibliotek zu Berlin Jerman, yakni Yonnes Dehghani dan Thoralf Hanstein.