REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Fenomena embun upas atau frost masih terus berlangsung hingga akhir Juni 2019. Bahkan, fenomena embun es ini mampu meningkatkan jumlah wisatawan dibandingkan bulan sebelumnya.
"Untuk pengunjung sampai 25 juni 2019 dibanding Mei 2019 memang ada kenaikan," kata Kepala Sub Bagian (Kasubbag) Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan, Balai Besar Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (BB TNBTS), Sarif Hidayat kepada Republika, Kamis (27/6).
Berdasarkan data yang diterima, wisatawan di TNBTS pada Mei mencapai 53.868 orang. Sementara total pengunjung hingga 25 Juni sebesar 84 ribuan. Peningkatan jumlah pengunjung di TNBTS memang tak lepas dari fenomena embun upas. Fenomena ini dianggap momen yang eksotis dan langka sehingga harus diabadikan.
"Dan bisa juga ini karena dipengruhi oleh libur sekolah pascalibur lebaran," tambah Sarif.
Jumlah pengunjung Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS) meningkat seiring adanya fenomena embun upas.Jumlah pengunjung Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS) meningkat seiring adanya fenomena embun upas.
Sejak kemunculan pertama pada 16 Juni, Sarif melaporkan telah terjadi lima kali fenomena serupa di TNBTS. Fenomena ini terlihat di Ranupani, Penanjakan dan Cemoro Lawang. Terakhir, timnya menemukan embun upas di tiga lokasi tersebut pada 24 Juni lalu.
Menurut Sarif, embun upas biasanya berlangsung sekitar pukul 04.00 hingga 06.00 WIB. Lebih tepatnya, sampai sinar matahari muncul mengakibatkan frost mencair. Suhu TNBTS sendiri terdeksi sekitaran 0 sampai 7 derajat celcius di malam hari.
"Suhu siang antara delapan sampai 12 derajat celcius," tambah dia.
Selain mendatangkan keuntungan, fenomena embun upas ternyata menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Hal ini terutama bagi warga Tengger yang memiliki tanaman pertanian. Embun upas mengakibatkan tanaman busuk, kering lalu mati sehingga gagal panen.