REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) masih berdiskusi soal pemulangan warga negara Indonesia simpatisan ISIS di Suriah di tingkat interparlemen. "Itu sedang didiskusikan interparlemen, karena kita tahu ini bukan sekadar memulangkan orang dengan mindset (pola pikir) yang berbeda," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius di Jakarta, Senin (1/7).
Suhardi menyebut sebagian besar WNI simpatisan ISIS yang memohon untuk dipulangkan kebanyakan tidak memiliki identitas resmi karena telah dibakar. Hal itu menjadi masalah besar bagi pemulangan mereka.
Masalah lainnya, Suhardi mengatakan, pada beberapa kasus, WNI simpatisan ISIS perempuan dinilai memiliki militansi lebih besar dari laki-laki dalam menyebarkan paham radikalisme. "Itu nanti sedang kita diskusikan di lintas Kementerian dipimpin Menkopolhukam, walaupun nanti yang akan leading adalah BNPT untuk menangani masalah tersebut," ujar Suhardi.
Sebelumnya, terdapat laporan yang mengatakan puluhan WNI ditemukan di antara ribuan keluarga pejuang ISIS yang berada di kamp-kamp penampungan Al Hol, Suriah Timur. Lebih dari 9.000 keluarga anggota ISIS berada di kamp-kamp tersebut, setelah kekalahan ISIS di Timur Tengah. Sejumlah negara seperti Inggris dan Amerika Serikat telah menyatakan kebijakannya untuk tidak menerima warga negaranya yang bergabung dengan ISIS.