REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: H Badroozzaman Ismail
Dalam kitab Ta'limul Muta'allim disebutkan: "Maa lam yujad fil bahri yujadu fin-nahri" (Apa yang tak ada di laut [terkadang] ada di sungai). Seiring dengan bergulirnya era globalisasi, batas-batas negara hampir terabaikan, gelombang kebudayaan dan teknologi mengalir deras bagai tak terbendung.
Di sinilah ketahanan dan jatidiri manusia sebagai khalifah Allah di bumi diuji. Pepatah bahwa "dunia tak selebar daun kelor" sedang terjungkal dan terbalik. Ternyata dunia memang selebar daun kelor. Mampukah kita sebagai individu Muslim mempertahankan jatidiri kita atau bahkan bukankah kita justru dituntut untuk berkompetisi?
Marilah kita simak firman Allah berikut ini: Bacalah atas nama Tuhan-mu yang telah menciptakanmu, yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah beserta Tuhan-mu Yang Maha Mulia. Dzat yang mengajarkan ilmu dengan pena. Yang mengajarkan manusia apa-apa yang belum ia ketahui. (QS 96:1-5).
Firman Allah ini menantang kita untuk meningkatkan kualitas diri: mengolah ayat-ayat Allah yang tersirat maupun yang tersurat. Dalam menuntut ilmu kita tak harus mengenal kondisi. Rasulullah adalah seorang yang 'ummi (tidak bisa baca tulis). Untuk menuntut ilmu juga tidak pula dibatasi tempat. "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina," kata Nabi yang agung itu (Al Hadits). Untuk menuntut ilmu juga tak mengenal siapa. Di situ ada ilmu maka kita harus mendatanginya.
Menuntut ilmu juga tak mengenal batas usia: "Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahad," (Al-Hadis). Ilmu sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan globalisasi. Penguasaan ilmu hanya bisa diraih melalui proses pembelajaran. Dengan belajar seseorang bisa berubah sehingga bisa mengubah lingkungannya ke arah yang lebih baik. Seorang ahli berkata, "Bila kamu tak belajar maka kamu tak berubah, dan bila kamu tak berubah maka kamu akan mati."
Allah akan mengangkat [derajat] orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat, demikian firman Allah dalam QS 59:11.
Merujuk kitab Ta'limul Muta'allim, maka benarlah bahwa laut sangat luas, sungai sangat terbatas, namun pada saat tertentu laut tak selalu bisa mencukupi apa yang kita cari. Mari kita menjawab tantangan iqra dengan benar dan bersungguh-sungguh.