REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil, meminta kepada masyarakat Jabar melakukan berbagai antisipasi. Karena, musim kemarau ini sudah mulai datang bahkan, berdasarkan informasi BMKG diprediksi puncaknya adalah di September nanti.
Menurut Ridwan Kamil, biasanya kemarau ini memiliki dua dampak. Yakni, dampak terhadap suplai air bersih yang disuplai oleh warga dan juga dampak irigasi di pertanian pertanian. Untuk yang sifatnya air bersih kita mengimbau agar masyarkat menghemat air se-essential mungkin.
"Kedua kita sudah punya SOP kepada PDAM-PDAM di seluruh Jabar untuk menyediakan layanan ekstra salah satunya menjual air yang harganya terjangkau dengan jemput bola," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan, Jumat (5/7).
Emil berharap, PDAM mendatangi daerah dititik-titik warga yang membutuhkan air bersih. Kedua, terkait dengan kekeringan di persawahan dengan SDA (Sumber Daya Air) sudah monitor memang ada penuruan debit sehingga kontrol dari pengairan irigasi juga sama.
"Tolong di atur debitnya tidak sederas musim penghujan. Jadi aliran tetap ada tetapi dengan jumlah volume yang dihemat dan dikurangi kepada yang benar-benar kering," katanya.
Emil mengatakan, ia terus mencarikan solusi untuk mengatasi kekeringan ini. Termausk, yang pernah dilakukan adalah rekayasa cuaca.
"Tapi, tentunya harus dilihat efektifitas karena harganya juga tidak murah tapi bukan tidak mungkin itu jadi solusi untuk daerah yang kondisinya ekstrim," katanya.
Saat ditanya, tentang rigasi rusak Emil mengatakan, irigasi tersebut tanggung jawabnya ada tiga pihak. Biasanya, di anggaran desa sudah ada. Kedua, dialokasikan di dana kota/kabupaten. Ketiga, dari provinsi. "Kita Carikan solusi memperbaiki irigasi yang rusak. Tapi intinya kan masalah kekeringan kita lebih pada suplai air yang terbatas," katanya.