REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia memberikan perhatian kepada WNI eks militan ISIS yang berada di Suriah. Sebagian dari mereka ingin kembali ke Indonesia lagi.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Suhardi Alius mengatakan, mantan Foreign Terrorist Fighters (FTF) tersebut jangan dimarjinalkan. Akan tetapi harus ditangani dengan baik.
Setidaknya dibutuhkan dua langkah untuk menangani FTF. Pertama adalah dalam lingkup internal orang yang bersangkutan. Menurutnya, jika mantan teroris dapat diberikan pemahaman deradikalisasi dengan baik, maka besar kemungkinan ia akan baik.
"Tapi kemudian yang kedua, ketika eksternal, masyarakat menolak dan mereka (eks-teroris) termarjinalkan, tinggal tunggu waktu saja," kata Suhardi Alius.
Suhardi Alius menegaskan, BNPT masih merumuskan solusi terbaik untuk mereka. Faktanya, banyak FTF dari Indonesia di Suriah adalah perempuan dan anak-anak. BNPT akan menciptakan sistem khusus,bukan dengan mengawasi setiap individu.
Salah satu sistem yang akan dibangun adalah soal assessment. BNPT akan melakukan penilaian kepada mantan FTF. Sehingga BNPT mengetahui sejauh mana eks-FTF tersebut teradikalisasi.
Selain itu, mantan kepala Bareskrim Polri tersebut menyontohkan, di salah satu pesantren, ia pernah mendorong adanya upacara. Kemudian perlahan mereka melakukan upacara, mengibarkan merah putih, dan juga megumandangkan pancasila.
"Termasuk pula kami minta Kementerian PUPR bangunkan jalan. Kementerian Pertanian kasih anak ayam untuk bibit. Kita mainkan itu hulu masalah," ujarnya.