Jumat 12 Jul 2019 10:33 WIB

Pariwisata Kuba Anjlok Akibat Sanksi AS

Kedatangan wisatawan yang menurun bisa berdampak pada perekonomian Kuba.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Salah satu destinasi wisata Plaza Vieja di Kuba
Foto: Lonelyplanet
Salah satu destinasi wisata Plaza Vieja di Kuba

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Pariwisata Kuba turun 8,5 persen di tengah semakin ketatnya pembatasan perjalanan ke Pulau Karibia oleh Amerika Serikat (AS). Kedatangan wisatawan yang semakin menurun dapat berdampak pada perekonomian Kuba, di mana sektor pariwisata merupakan penyumbang pemasukan terbesar untuk mengimbangi ekspor yang lemah. 

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memberikan sanksi kepada Kuba, karena mendukung Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Bulan lalu, Trump melarang kapal pesiar dan pesawat pribadi bepergian ke Pulau Karibia. 

Baca Juga

"Langkah-langkah itu memicu pengurangan 20,33 persen dalam kegiatan wisata," Menteri Pariwisata Manuel Marrero, Jumat (12/7). 

Marrero memperkirakan 4,3 juta orang akan mengunjungi Kuba pada tahun ini. Target tersebut terbilang lebih rendah dibandingkan dengan target tahun lalu yakni 5 juta wisatawan. 

Batasan yang lebih longgar pada perjalanan dari AS ke Kuba di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama telah menyebabkan lonjakan pariwisata. Ketika itu, penerbangan komersial dan kapal pesiar dibuka luas. Jumlah wisatawan AS menjadi yang terbesar kedua dalam beberapa tahun terakhir setelah Kanada. 

Marrero mencatat, keputusan administrasi Trump mengizinkan tuntutan hukum AS terhadap perusahaan asing yang dianggap telah menjalankan praktik perdagangan orang. Beberapa operator hotel dan unit agen perjalanan online telah ditargetkan dengan tuntutan hukum tersebut. Hal itu menyebabkan penghasilan agen perjalanan dan pelaku industri pariwisata menurun tajam.

"Penghasilan kami turun 80 persen. Banyak restoran harus tutup, sementara yang lain akan kesulitan. Trump mengatakan dia ingin mendukung sektor swasta, tetapi dia tidak (mendukungnya)," ujar pemilik restoran San Cristobal, Carlos Cristobal. 

Meski tengah menghadapi sanksi AS, Kuba akan terus mengembangkan sektor pariwisatanya. Pemerintah Kuba sedang merencanakan untuk membangun dolphinarium dan taman hiburan pertama di negara tersebut. Kuba secara tradisional fokus pada pengembangan pariwisata resor atau wisata dengan anggaran menengah. 

Mantan profesor Universitas Havana yang mempelajari industri pariwisata Kuba, Jose Luis Parello mengatakan, Kuba tidak boleh terlalu mempertimbangkan perubahan jangka pendek dalam kebijakan AS. Kuba harus memikirkan pengembangan industri pariwisata dalam jangka panjang. 

Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel mengatakan, sebagian besar pendapatan yang digunakan untuk belanja negara berasal dari pariwisata. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen akan terus mengembangkan industri pariwisata meski saat ini sedang lesu. 

"Sebagian besar dari pendapatan yang kami gunakan setiap minggu berasal dari pariwisata. Untuk alasan ini, kita harus terus bertaruh pada pengembangan pariwisata," ujar Diaz-Canel. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement