REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Para pejabat menyatakan, mantan presiden Bangladesh Hussain Muhammad Ershad meninggal dalam usia 89 tahun pada Ahad (14/7), setelah selama beberapa pekan di rumah sakit Dhaka.
Jenderal Ershad memerintah Bangladesh selama hampir satu dekade. Sebelum digulingkan dari kekuasaan dalam kebangkitan pro-demokrasi pada 1990, dan dipenjara selama bertahun-tahun atas tuduhan korupsi.
Dilansir dari Channel News Asia Ahad (14/7) Seorang kolega dan anggota parlemen dari Partai Jatiya, Kazi Firoz Rashid mengatakan dia meninggal karena komplikasi sejak usia lanjut. Juru bicara angkatan bersenjata Abdullah bin Zaid juga mengonfirmasi kematian itu.
Ershad, yang juga seorang penyair yang produktif, adalah kepala angkatan bersenjata negara itu pada 1982 saat ia mengambil alih kekuasaan dalam kudeta tak berdarah, setelah mengeluarkan pemerintah terpilih dari kekuasaan. Kekuasaannya ditandai oleh keputusan kontroversial untuk menjadikan Islam agama negara dari negara mayoritas Muslim.
Dalam komentar yang dibuat kepada wartawan lokal dari penjara pada 1996, ia mengatakan bahwa kegagalan terbesarnya adalah menjalankan negara dengan lembut dengan hati seorang penyair.
Terlepas dari banyaknya kasus yang menuduhnya, Ershad muncul sebagai salah satu kekuasaan utama Bangladesh pada 1990-an setelah Partai Jatiya menjadi bagian politik terbesar ketiga di negara itu.
Mantan jenderal itu juga menjadi sekutu utama Perdana Menteri Sheikh Hasina, dan tetap sangat populer di distrik asalnya di utara negara itu dari tempat ia terpilih menjadi anggota parlemen enam kali berturut-turut.