Ahad 14 Jul 2019 23:18 WIB

Mengapa Sulit Move On Pacsapemilu, Ini Kata Anis Matta

Anis Matta mengimbau agar tak terlalu berlebihan mengidolakan seseorang.

Rep: Riza Wahyu Pratama/ Red: Teguh Firmansyah
Pendiri Garbi (Gerakan arah baru Indonesia), Anis Matta memberikan keterangan kepada awak media di sebuah restoran di daerah Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (14/7).
Foto: Republika/Riza Wahyu Pratama
Pendiri Garbi (Gerakan arah baru Indonesia), Anis Matta memberikan keterangan kepada awak media di sebuah restoran di daerah Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (14/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Cawapres 02, Sandiaga Salahuddin Uno dan Pendiri Garbi, Anis Matta mengisi diskusi MPI milenial. Diskusi tersebut dilakukan di sebuah restoran, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (14/7).

Dalam forum tersebut, Anis Matta menyinggung sulitnya move on, meskipun pemilu telah usai. Menurutnya, sulitnya move on disebabkan atas perjuangan yang dilandasi karena ketokohan individu, bukan pada cita-cita.

Baca Juga

"Karena kadang-kadang kita membuat imaji tentang seseorang melebihi kapasitasnya. Waktu kita tidak mendapatkan apa yang kita imajikan itu, kemudian kecewa dan susah move on," tutur Anis Matta di hadapan para hadirin.

Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat tidak perlu berlebihan dalam mengidolakan seseorang. Apalagi sampai mengkultuskannya.

Selanjutnya, mantan Sekjen PKS itu mendorong masyarakat agar segera move on. Pasalnya ada banyak hal yang harus disiapkan. Salah satunya terkait demokrasi yang membuat Indonesia tidak memiliki pandangan jangka panjang.

"Kita semua terjebak pada pendekatan marketing politik lima tahunan. Karena itu tidak ada agenda kampanye jangka panjang. Janjinya berlebihan, tidak bisa dipenuhi dan kemudian minta maaf," kata pria lulusan LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) tersebut.

Pada akhirnya, Anis Matta menyebutkan, Bangsa Indonesia harus berkaca pada China. Menurutnya, China unggul karena program pembangunan yang berorientasi jangka panjang. Pada 1980, China telah menyusun program pembangunan untuk 70 tahun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement