Selasa 16 Jul 2019 09:59 WIB

Antusias Menyambut Formula E Seri Jakarta

Banyak pekerjaan yang masih harus dilakukan untuk bisa menggelar Formula E. Logo Form

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Formula E
Foto: www.digitaltrends.com
Formula E

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terpilihnya Jakarta sebagai tuan rumah ajang Formula E diapresiasi pembalap asal Indonesia, Alexandra Asmasoebrata. Menurut dia, kesempatan ini bisa dijadikan momentum unjuk kemampuan otomotif nasional di mata dunia.

"Yang pasti, setelah dengar kabar itu, saya senang sekali karena, jujur, Indonesia butuh event internasional yang besar. Sudah lama enggak ada event selain formula A1 yang pernah ada di sini," kata Alexandra ketika dihubungi Republika.

Pembalap wanita Indonesia pertama yang mengikuti ajang internasional itu mendukung konsep street race yang akan diusung. Ia menilai jalan raya yang dimodifikasi menjadi sirkuit akan menarik animo warga Jakarta.

"Street race akan lebih heboh, akses bisa lebih gampang dibandingkan sirkuit Sentul. Ini bisa jadi ajang show off sekaligus hiburan warga Indonesia," ujarnya.

Ia berpendapat, Jakarta layak menjadi tuan rumah karena berpengalaman dalam berbagai ajang internasional. Berbekal sebagai tuan rumah Asian Games 2018, ia yakin Jakarta kembali dapat menggelar balap mobil berbahan bakar listrik tersebut.

"Formula E memang hype-nya tidak sebesar MotoGP atau Formula 1 (F1). Tapi, kita tahu ajang ini masih baru tapi sudah banyak di kota besar negara lain. Kalau Indonesia tuan rumah, pasti jadi kebanggaan juga," ucap dia.

Wanita berusia 31 tahun ini menambahkan, kesempatan menjadi penyelenggara Formula E bisa dijadikan momentum kampanye kendaraan ramah lingkungan. Sebab, seluruh mobil Formula E berbahan bakar listrik sehingga tak menghasilkan emisi dari gas buang seperti mobil konvensional. "Bersama Formula E ini, saya berharap pemerintah semakin getol untuk menggiatkan program ramah lingkungan," ujar dia.

Selain itu, ia ingin agar regulasi soal pajak kendaraan terus dievaluasi untuk menekan pertumbuhan kendaraan pribadi, sekaligus membuka kesempatan kendaraan listrik untuk segera diproduksi massal.

Alexandra mengingatkan, persiapan menjadi tuan rumah Formula E perlu dikerjakan secara serius. Menurut dia, kesempatan menjadi tuan rumah tak boleh disia-siakan.

Ia menyampaikan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta perlu belajar dari gelaran balap A1 yang pernah digelar di Indonesia di era 2000-an. Alexandra melihat masih banyak hal yang perlu diperhatikan Pemprov DKI.

"Dulu tahun pertama A1 di Sentul, macet banget sampai presiden saat itu (Susilo Bambang Yudhoyono) harus naik motor karena (akses menuju) sirkuit macet, yang harus dipertimbangkan adalah akses jalan, lalu lintas, dan fasilitasnya. Jadi, jangan hanya sirkuit yang matang, tapi penonton juga harus tahu bagaimana akses ke sana," ujar dia.

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot S Dewa Broto menyatakan, pihaknya belum mendapatkan perkembangan kabar terkait rencana Jakarta menjadi tuan rumah Formula E pada 2020 mendatang. "Belum ada update terbaru," kata Gatot saat dihubungi Republika.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan melalui akun Instagram-nya soal keputusan Jakarta menjadi tuan rumah Formula E. "Jakarta akan menjadi salah satu tuan rumah balap mobil bergengsi Formula E di pertengahan tahun 2020 nanti!" tulis Anies.

Anies mengungkapkan, Jakarta sudah memenuhi standar untuk menggelar ajang balap mobil kelas dunia. Pihak perwakilan Formula E disebut sudah datang ke Jakarta untuk menguji kondisi lapangan pada 9 Juli lalu.

Tentang Formula E

Formula E adalah balapan mobil listrik yang bernaung di bawah otoritas Federasi Otomotif Internasional (FIA). Balapan visioner ini digagas presiden FIA Jean Todt, Alejandro Agag, dan Antonio Tajani pada 2011. Seri pertama Formula E dimulai pada 13 September 2014 di Beijing, Cina.

Sebenarnya, Formula E banyak mengadopsi sistem yang digunakan oleh F1. Terdapat 11 tim dengan masing-masing diperkuat dua pembalap untuk mengarungi semusim penuh balapan. Jet darat elektrik yang mereka kendarai punya kecepatan mencapai 280 kilometer per jam. Kecepatan ini lahir dari dapur pacu listrik berkekuatan 250 kilowatt.

Uniknya, para pembalap tidak diperkenankan mengeluarkan kekuatan terbesar yang dimiliki masing-masing mobil. Sebagai gantinya, tiap mobil yang dibatasi 200 kilowatt bisa mengaktifkan mode serang untuk mendapatkan tambahan tenaga 25 kilowatt di area tertentu. Formula E juga tidak mengenal pergantian ban di tengah balapan. Itu karena seluruh ban telah diatur sesuai kondisi cuaca saat balapan.

Perolehan poin Formula E menggunakan sistem yang digunakan FIA, yakni hanya 10 pembalap terdepan yang berhak atas poin. Ini dengan urutan 25-18-15-12-10-8-6-4-2-1. Jalannya berlangsung 45 menit ditambah satu lap. Sebelum balap digelar, ada sesi latihan bebas berdurasi 45 menit dan 30 menit serta sesi kualifikasi. Pembalap tercepat di sesi kualifikasi berhak mendapatkan tiga poin.

Pembalap Indonesia, Rio Haryanto, pernah menjajal Formula E pada 2017 silam. Selain Rio, beberapa mantan pembalap F1 juga pernah dan ada yang masih meramaikan Formula E. Seperti Felipe Massa, Sebastien Buemi, Stoffel Vandoorne, Felipe Nasr, dan juara bertahan Jean-Eric Vergne.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement