REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada 2017, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan Kota Hebron di Tepi Barat sebagai situs warisan dunia.
Ada sejumlah hal yang membuat UNESCO mengganjar kota ini dengan predikat bergengsi itu. Laman Aljazeera menyebut, kota tua Hebron merupakan salah satu tempat yang diagungkan umat Islam.
Di kota ini terdapat al-Haram al-Ibrahim atau Masjid Ibrahim. Tempat ibadah ini dianggap sebagai bangunan suci keempat dalam Islam dan tempat suci kedua di Palestina setelah Masjid al-Aqsa. Kata 'haram' yang disematkan sebagai nama masjid ini mengandung arti setiap orang diharamkan melakukan perbuatan yang melanggar kesuciannya.
Nama masjid ini merujuk pada Nabi Ibrahim, yang pernah tinggal di Hebron pad sekitar 4.000 tahun lalu. Bapak para nabi ini memilih Hebron sebagai tempat pemakaman istrinya, Sarah, dan kemudian untuk dirinya sendiri, putranya Nabi Ishak, dan cucunya Nabi Ya'qub.
Dengan menara menjulang gagah dan kubah serta arsiteknya yang bersejarah, Masjid Ibrahim seakan mendeklarasikan identitasnya sebagai masjid milik bangsa Arab dan Islam. Masjid ini menjadi kebanggaan umat Islam di Hebron. Rumah ibadah itu dibangun semasa pemerintahan Khalifah Umar bin Khathab. Di kota tua Hebron pula terdapat situs suci bagi kaum Yahudi, yakni Makam Para Leluhur (Tomb of the Patriarchs).
Sejumlah penelitian arkeologis membukti kan, Hebron telah menjadi tempat berkem bang nya kebudayaan sejak empat ribu tahun sebelum Masehi (SM). Peradaban yang signifikan terus berkembang di sana, sampai era Romawi dan masa kekhalifahan Islam, Umayyah (661-750 M). Periode Perang Salib telah mengubah wajah Hebron. Pada 1099, tentara Salib menguasai kota ini dan mengambil alih kompleks benteng yang bersisian dengan makam para nabi itu. Mereka menjadikannya gereja.
Kemudian, pada 1187 Sultan Shalahuddin al- Ayyubi membebaskan Hebron. Gereja tersebut diubahnya menjadi masjid.
Dalam masa keemasan Islam, Hebron men jadi kota istimewa berikutnya bagi kaum Muslim. Itu setelah Makkah, Madinah, dan Yerusalem. Khususnya di masa Kesultanan Mamluk (1250-1516), Hebron menjadi pusat kebudayaan kaum sufi. Ratusan bangunan bernilai sejarah Islam didirikan. Dalam era Kesultanan Turki Utsmani (1517-1918), Hebron mendapatkan bentuknya yang bertahan sampai sekarang.
Maka, UNESCO menilai, kota ini layak menjadi salah satu warisan dunia. Sebab, Hebron termasuk kota paling tua di dunia yang terus-menerus dihuni masyarakat sejak didirikannya sampai hari ini. Tentu saja, keberadaan makam Nabi Ibrahim menjadi daya tarik luar biasa bagi kota ini. Bapak para nabi itu dihormati tiga agama besar dunia, yakni Islam, Yahudi, dan Kristen.
"Potensi besar bagi kota ini, sebagai tempat untuk memunculkan rekonsiliasi pada abad ke- 21 kini,'' demikian UNESCO dalam pernyataannya kala itu. n