Selasa 16 Jul 2019 19:34 WIB

Suplai Cabai Masih Minim

Pemerintah redam harga cabai dengan cabai kering.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Indira Rezkisari
Warga memanen cabai rawit di persawahan desa Ketitang, Jumo, Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (16/7/2019).
Foto: Antara/Anis Efizudin
Warga memanen cabai rawit di persawahan desa Ketitang, Jumo, Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (16/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan, panen raya cabai akan dimulai pada 25 Juli tahun ini di beberapa sentra produksi. Jika panen tersebut mulai berlangsung, harga cabai di pasaran dipastikan kembali normal sebab saat ini suplai cabai masih minim.

Direktur Jenderal Tanaman Hortikultura Kementan Suwandi menjamin, harga cabai akan segera turun seiring dengan masuknya masa panen akhir Juli ini. Kendati demikian guna meredam gejolak harga yang kadung terjadi di pasar, Suwandi menegaskan akan menerapkan antisipasi berupa pemanfaatan cabai kering dan olahan yang sudah diproduksi di sentra-sentra produksi cabai.

Baca Juga

“Kami sudah kasih itu alat pengering cabainya di sentra produksi, ya untuk sementara pakai cabai kering kan bisa,” kata Suwandi saat dihubungi Republika, Selasa (16/7).

Dia membeberkan, Kementan telah memberikan alat pengering ke 30 kabupaten yang tingkat produktivitas cabainya tinggi. Sehingga, pemanfaatan cabai kering dapat disalurkan ke pasar guna memenuhi kebutuhan konsumsi. Meski begitu, Suwandi belum dapat mengungkap pasti berapa jumlah produksi cabai kering yang sudah ada.

Menurut dia, yang terpenting saat ini masyarakat perlu mencari alternatif konsumsi sambil menunggu suplai yang melimpah pada panen raya nanti. Dia menjelaskan, pola produksi cabai kering sudah disosialisasikan ke petani dan sudah diimplementasikan. Dia menambahkan, konsumsi cabai olahan juga sudah diupayakan pemerintah dengan menyuplai cabai ke sektor industri.

Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag), melambungnya harga cabai diakibatkan adanya penurunan suplai ke pasar. Rata-rata suplai cabai dalam sepekan terakhir di Pasar Induk sebesar 90 ton per hari atau berada di bawah pasokan normal di kisaran Rp 100-125 ton per hari.

Sedangkan berdasarkan catatan dari Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia, faktor kemarau mempengaruhi cukup mempengaruhi jumlah pasokan cabai. Mengacu catatan tersebut, saat ini jumlah produksi cabai di Kediri hanya tinggal 20 persen, Blitar 35 persen, Tuban 5 persen, dan Mojokerto 10 persen.

Terkait dengan jumlah penurunan produksi cabai ini, Suwandi tak mengelak. Hanya saja, menurut dia, hal itu terjadi bukan dipengaruhi kemarau yang berkepanjangan, melainkan dipengaruhi oleh karakteristik panen tanaman cabai.

“Cabai itu paling tahan air, setiap habis panen kan bisa tumbuh lagi. Jadi cepat itu produksinya,” kata dia.

Berdasarkan catatannya, saat ini total produksi cabai seluruh jenisnya pada 16 Juli 2019 berjumlah 110 ribu ton. Jumlah tersebut dinilai berpotensi bertambah seiring dengan masuknya penghujung Juli 2019. Sedangkan, total cabai yang masuk ke kawasan Pasar Induk Kramat Jati untuk pasokan Juli ini berjumlah 30 ribu ton.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement