Kamis 18 Jul 2019 15:31 WIB

Ratusan Peserta Lolos Seleksi ke Universitas Al-Azhar Mesir

Sebanyak 750 orang peserta lolos seleksi ke Universitas al-Azhar Mesir.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Hasanul Rizqa
Direktur Pergutran Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama, Arskal Salim.
Foto: Republika/Muhyiddin
Direktur Pergutran Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama, Arskal Salim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seleksi calon mahasiswa baru program S-1 ke Timur Tengah memasuki babak akhir. Kementerian Agama (Kemenag) mengumumkan sebanyak 750 orang peserta dinyatakan lolos seleksi. Mereka akan menjalani kuliah tingkat sarjana di Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.

Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag Arskal Salim menyatakan, proses seleksi berjalan lancar. Proses ini diikuti sekitar enam ribu pendaftar, baik jalur beasiswa maupun nonbeasiswa (mandiri).

Baca Juga

“Dari sekitar 6.000 pendaftar, panitia mengumumkan sebanyak 750 dinyatakan lulus tes untuk melanjutkan ke al-Azhar Mesir. Sedangkan yang cadangan sebanyak 250 orang," ujar Arskal Salim dalam keterangan yang diterima Republika, Kamis (18/7).

Menurut Arskal, minat anak-anak Indonesia melanjutkan studi ke Timur Tengah sangat tinggi, baik ke Mesir, Maroko maupun ke Sudan. Kuota beasiswa dari al-Azhar Kairo melalui Kementerian Agama hanya 20 orang. Namun, minat pendaftar masih tetap tinggi, meski mereka harus biaya sendiri.

Seleksi calon mahasiswa baru Timur Tengah dilakukan dua tahap. Tes pertama meliputi tes kemampuan Bahasa Arab. Tes kedua yakni tes kecakapan berbahasa Arab, tes kesehatan, hafalan Alquran, serta wawasan keislaman dan kebangsaan.

Kemenag menggandeng Pusat Bahasa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam pelaksanaan tes bahasa. Hal ini karena UIN Sunan Ampel Surabaya telah menjalin kerja sama dengan Leipzig University Jerman dalam menyiapkan model tes bahasa Arab dengan sistem daring.

“Tahun ini kami meningkatkan standar kelulusan agar mereka yang belajar ke Timur Tengah mempunyai kemampuan bahasa Arab yang memadai," lanjut Arskal.

Ia pun berharap peserta yang lolos adalah anak-anak terbaik dengan kemampuan bahasa Arab yang sangat bagus serta hafal Alquran minimal 2 juz. Pihaknya tidak ingin anak-anak ini mengalami kendala di luar negeri karena kemampuan bahasanya lemah.

Ketua Pusat Bahasa UIN Sunan Ampel Surabaya Dr Abdul Kadir Riyadh mengatakan, kampusnya telah bekerja sama dengan Leipzig University Jerman dalam mengembangkan tes bahasa Arab dengan sistem daring.

"Sistem ini telah teruji dengan sangat baik dan Leipzig University Jerman telah diakui oleh lebih dari 150 negara, termasuk diakui oleh Universitas al-Azhar Kairo,” ujar Kadir.

Kepala Subdit Kelembagaan dan Kerja Sama Agus Sholeh menambahkan, mulai tahun 2019 Kementerian Agama membatasi jumlah calon mahasiswa baru yang akan melanjutkan ke Mesir. Hal ini sesuai dengan arahan KBRI Kairo.

“Sesuai arahan KBRI Kairo, mulai tahun ini Kementerian Agama hanya meluluskan calon mahasiswa baru tidak lebih dari 1.000 orang, yaitu 750 lulus dan 250 lulus cadangan. Hal ini karena keterbatasan kemampuan KBRI Kairo dalam melayani konsuler bagi warga Indonesia yang ada di Mesir,” ujar Agus.

Kepada peserta yang lulus, Agus mengingatkan bahwa kondisi politik Mesir saat ini masih belum stabil. Pemerintah Mesir sangat ketat dengan orang asing. "Kami minta jangan sampai ada mahasiswa yang mendapat masalah dan dideportasi oleh imigrasi,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement