REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Makanan halal semakin diminati di Taiwan. Hal itu terlihat dari suksesnya penyelenggaraan Paviliun Halal Taiwan tahun ini. Sekretaris Jenderal Asosiasi Muslim Cina (CMA) Salahuding Ma menyatakan, Paviliun Halal Taiwan menjadi pameran makanan internasional besar di Taipei World Trade Center.
Menurut dia, ketersediaan makanan halal di negara tersebut meningkat. Dalam pameran, kata dia, setidaknya, terdapat lebih dari 100 gerai me nampilkan makanan, minuman, produk, serta produk kesehatan yang sesuai standar Islam. Sejak 2012, CMA telah memulai program sertifikasi halal. Kini CMA menjadi lembaga sertifikasi halal terbesar di Taiwan.
Meski begitu, Ma mengaku kurang memahami penggerak pengusaha di Taiwan gencar mengajukan sertifikasi halal. Berdasarkan logika pasar, dia menilai alasan para pengusaha itu karena Taiwan masih terisolasi dari industri halal. "Jadi kita harus membuka pintu," ujar Ma, seperti dilansir Taipei Times.
Dia menjelaskan, untuk mengajukan sertifikasi halal, staf harus dilatih tentang prinsip-prinsip halal. Pelatihan itu dikenai biaya sebesar 6.000 dolar Tai wan, sementara biaya untuk sertifikasinya sebesar 500 dolar Taiwan. Tidak hanya digunakan untuk ope rasional, anggaran tersebut digunakan pula untuk memelihara ruang sekaligus peralatan persiapan makanan yang terpisah supaya tidak terkontaminasi.
Anggaran juga dimanfaatkan untuk menjaga staf agar senantiasa terlatih. Ma menjelaskan, pemeriksaan pada makanan olahan supaya bisa lulus uji lebih rumit.
Baginya, sertifikat halal adalah tentang komitmen waktu dan uang. Dia menambahkan, sebelum gencar sertifikasi halal di Taiwan, Muslim di sana lebih suka memakan buah yang masih ber kulit atau telur rebus. Pasalnya, kedua makanan ter sebut diyakini aman alias tidak terkontaminasi makanan nonhalal walau bersebelahan.
Ramainya penerbitan sertifikat halal di Taiwan berdampak positif terhadap industri pariwisata di Negeri asal Meteor Garden itu. Apalagi, CMA sudah merilis pula aplikasi pencarian restoran dan hotel halal dalam bahasa Inggris, Melayu, serta Indonesia. Ada sekitar 180 restoran dan hotel halal tersertifikasi di seluruh Taiwan.
Pada 2019, peringkat pariwisata Taiwan naik dua tingkat, berbarengan dengan Jepang dan Inggris. Peringkat ini berdasarkan Indeks Perjalanan Muslim Global dari berbagai negara yang ramah Muslim di luar Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Salah satu pemilik kios yang memiliki sertifikat ha lal mengakui, saat ini ia memang tengah menargetkan pasar Asia Tenggara. Sertifikat halal diyakini pula dapat meyakinkan para konsumen Muslim dunia, khususnya dari Asia Tenggara. "Sertifikasi ha lal mengindikasikan kesehatan dan kebersihan. Di pasar internasional, ini meningkatkan pemasaran kami," ujar Manager Gerai Rice House Chen Chiaoan.