Senin 22 Jul 2019 12:21 WIB

Tantangan Sains Islam di Masa Depan, Seperti Apa?

Tantangan terbesar yang dihadapi adalah tradisi keilmuan Islam global.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sains atau ilmu pengetahuan memiliki makna yang sangat luas dalam tradisi Islam. Dia mencakup rasio dan juga dimensi metafisika yang ada dalam Alquran dan sunah.

Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam bidang sains sangatlah besar pada masa-masa kejayaan Islam. Hingga saat ini, sains Islam masih banyak dikaji di berbagai dunia, di forumforum diskusi maupun di universitasuniversitas. Seperti apa masa depan sains Islam?

Baca Juga

Berikut wawancara lengkap wartawan Republika Muhyiddin bersama Direktur Pascasarjana Yildiz Technical University Turki, Prof Alparslan Acikgenc, usai menjadi pembicara di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, belum lama ini?

Apa Tantangan Sains Islam ke Depan?

Tantangan terbesar yang dihadapi adalah tradisi keilmuan global. Karena keilmuan juga menjadi global. Sekarang ini di belahan bumi manapun, termasuk Mus lim, juga menggunakan tradisi global saat ini. Tapi, seperti diketahui bahwa itu datang dari Barat dan itu merupakan tradisi ke ilmuan Barat yang saat ini terglobalisasi.

Sekarang karakter keilmuan mereka sekuler dan ateis. Artinya, bertentangan dengan agama. Proyek yang mereka kerjakan juga ber tentangan dengan agama. Terlihat secara jelas. Jadi, itulah tantangan terbesar sains Islam.

Bagaimana peran sains Islam dalam menghadapi tantangan ke depan?

Peran sains Islam seharusnya untuk menghadapi dua agenda itu, aspek sekularisme dalam keilmuan. Tapi, tentu kita harus berhati-hati dalam topik ini. Jangan menggunakan kata sekuler dalam paham politik, tetapi dipahami secara metafisik dan filosofis.

Sekularisme dalam keilmuan berarti membersihkan pikiran dari pemahaman ketuhanan dan meninggalkan kemanusiaan sendiri secara terpisah. Ini bahaya, dan itu peran utama bagaimana menghadapi masalah ini dan membawa ide-ide terkuat dalam Islam dan bagaimana membawa tauhid ke dalam sains ini.

Jadi, tentu terkadang cendekiawan Muslim yang bergerak dalam fisika dan kimia mengatakan apa yang harus dilakukan tauhid dalam fisika karena tauhid tidak ada hubungannya sama sekali dengan fisika. Ilmu ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama.

Yang harus dicatat, saat mengemukakan teori atau penemuan baru, seharusnya tidak mengesampingkan ketuhanan dalam hal tersebut, dalam pikiran manusia. Bagaimana caranya. Yaitu, menggunakan apa yang dilakukan cendekiawan kita dulu, yakni harus mengekspresikan tauhid di tengah sekulerisme.

Apa peran ilmu agama dan pendidikan dalam menghadapi tantangan ke depan?

Dua hal ini sangat penting. Kenapa? Ingat apa yang saya katakan tadi bahwa sains Islam untuk menghadapi sekularisme dan ateisme. Tapi, bagaimana kita menghadapi itu ya dengan agama. Bagaimana me nanamkan bahwa Tuhan yang menciptakan semuanya dan Dia yang Mahakuasa, semua sama.

Hasilnya, nanti pada akhirnya kita hanya tinggal memberikan sedikit arahan tepat pada tradisi sains global. Kita tidak bisa menghentikan sains global, mustahil, karena bergerak dengan cepat dan sangat kuat. Itu seperti arus banjir yang mengalir deras, dan kalaupun dipotong dia akan tetap mengalir.

Jadi apa yang bisa dilakukan?

Kita membangun saluran untuk mengalirkan air, sehingga bisa dimanfaatkan dengan benar. Saat dialirkan dengan benar maka arus air itu akan menjadi lebih lambat dan lebih terarah, sehingga bisa lebih dikontrol. Maka itu, yang harus kita lakukan, memberikan arahan bagi tradisi sains global. Setelahnya akan lebih mudah. Baru setelah itu kita bisa saling bekerja sama.

Bagaimana kita mencapainya?

Dengan pendidikan. Pendidikan itu kebutuhan dan agama itu sumbernya. Apakah sains menjadi faktor utama untuk mengembalikan kejayaan Islam? Jelas, lihat saja sekarang kita memiliki referensi yang bagus dari Bediuzzaman Said Nursi dari Turki. Dia memiliki ide ce merlang. Dia mengatakan, ini akhir zaman dan kita mendekati akhirat.

Di zaman ini semua pelajaran, semuanya akan berubah menjadi sesuatu hal yang bersifat saintifik. Jadi kalau seperti itu masa depan Islam dan juga umat Islam akan menjadi sangat penting bagaimana untuk memaha mi agama, baru selanjutnya memahami sains dan teknologi. Jadi, itu penting, tapi sains dan teknologi itu merupakan hal penting kedua.

Yang utama adalah memahami agama karena kita harus membekali diri kita dengan benar karena apa yang kita dapat melalui agama akan memberikan kita perspektif dan kerangka berpikir yang baik untuk melihat sains dan teknologi. Tapi, kalau Anda mengatakan, saya tidak peduli dengan sains dan hanya peduli dengan agama maka Anda hanya akan berada di satu sisi.

Itu tidak bisa dilakukan untuk saat ini, karena pada zaman ini dibutuhkan keduanya. Kalau hanya punya satu tidak akan bisa bertahan pada era ini. Pada masa lalu, orang bertahan hanya dengan menggunakan agama, tanpa ilmu. Tapi sekarang bukan seperti itu caranya. Itu jelas, karena semua berdasarkan sains, pembelajaran saintifik, dan teknologi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement