REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengkritisi pelaksanaan sosialisasi empat pilar yang dilakukan MPR selama ini. Ia menganggap MPR perlu mengevaluasi kembali program tersebut lantaran tidak tepat sasaran.
"Kita menemukan survei yang begitu banyak, menjamurnya kelompok radikalisme yang hampir terjadi di berbagai kalangan, PNS juga terjangkit, terpapar radikalisme, bahkan kampus kampus Islam seperti kampus saya juga terpapar radikalisme, ini ada apa? kan perlu kita mengoreksi kita masing-masing," kata Adi dalam diskusi bertajuk 'Musyawarah Mufakat untuk Pimpinan MPR' di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (23/7).
Normatifnya, lanjut Adi, sosialisasi empat pilar menyasar semua lapisan masyarakat, seperti nelayan, buruh, petani pesantren, baik pesantren yang tradisional ataupun modern. Kalau hal itu dilakukan, mestinya tidak ada lagi temuan yang mengatakan radikalisme telah masuk ke kelompok-kelompok tertentu.
"Kita nggak kebayang, kalau masjid-masjid BUMN itu dikuasai kelompok radikal, padahal itu adalah institusi pemerintahan yang mestinya sudah selesai dengan bangun narasi nasionalisme itu," ujarnya.
Ia menduga sosialisasi empat pilar dilakukan hanya untuk formalitas. Sedangkan secara subtansi, materi yang disampaikan tidak diterima dengan baik.
"Jadi keberhasilannya memang harus diukur, saya nggak tahu persis apakah mekanisme di MPR ini ada semacam survei ringan untuk mengukur apakah sosialisasi empat pilar yang dilakukan selama lima tahun belakangan itu tingkat akurasinya sudah mantap atau tidak, ini yang saya kira penting gitu ya," ujarnya.
Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno mengapresiasi apa yang disampaikan Adi. Ia pun sepakat bahwa program sosialisasi empat pilar belum sepenuhnya berjalan efektif.
"Memang saya melakukan kritik kepada teman-teman yang sepertinya sudah puas dengan sosialisasi ala MPR, karena ketika kami sosialiasi faktor yang penting dalam kegiatan itu adalah konstituen, agar nanti lima tahun berikutnya konstituen-konstituen itu pernah kita sentuh," ungkapnya.
Oleh karena itu Hendrawan mengatakan fraksi PDI Perjuangan kerap berinovasi dalam melakukan sosialisasi empat pilar dengan tidak melulu bertatap muka. Seperti misalnya melalui pertunjukan wayang, atau pun kegiatan kepemudaan.
"Jadi variasi Pancasila in action macam-macam ini," tuturnya.