REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan surplus neraca perdagangan Juni 2019 sebesar 196,0 juta dolar AS memperbaiki defisit neraca perdagangan Januari-Juni 2019.
Neraca perdagangan nonmigas pada Juni 2019 mencatatkan surplus 1,2 miliar dolar AS, sedangkan neraca migas defisit 966,8 juta dolar AS.
"Penurunan defisit neraca perdagangan migas menjadi penyebab surplus neraca perdagangan Juni 2019. Surplus ini memperbaiki neraca perdagangan selama Januari-Juni 2019," kata Mendag dalam keterangan tertulis pada Rabu (24/7).
Namun, kata Mendag, secara kumulatif defisit selama Januari-Juni 2019 masih cukup besar yaitu 1,9 miliar dolar AS. Defisit tersebut disebabkan besarnya defisit pada neraca perdagangan migas yang mencapai 4,8 miliar dolar AS.
Sementara, pada periode yang sama, neraca perdagangan nonmigas menyumbang surplus sebesar 2,8 miliar dolar AS. Adapun negara-negara mitra dagang penyumbang surplus perdagangan nonmigas terbesar selama Juni 2019 yaitu Amerika Serikat, India, Filipina, Belanda, dan Malaysia yang mencapai 12,9 miliar dolar AS.
Sementara itu, China, Thailand, Australia, Jepang, dan Argentina menjadi negara mitra yang menyumbang defisit perdagangan nonmigas terbesar yang secara total mencapai 14,3 miliar dolar AS.
"Perolehan ekspor nonmigas pada semester I/2019 ini mendorong Kemendag untuk kembali merumuskan strategi peningkatan ekspor produk bernilai tambah tinggi dan berdaya saing guna mencapai target ekspor nonmigas 2019," Mendag.
Sementara itu, kinerja ekspor Juni 2019 mencapai 11,8 miliar dolar AS atau turun 9,0 persen dibandingkan ekspor Juni 2018 (YoY). Penurunan tersebut disebabkan penurunan ekspor migas sebesar 54,7 persen (YoY) dan penurunan ekspor nonmigas sebesar 2,3 persen (YoY).
Secara kumulatif, ekspor nonmigas semester pertama 2019 sebesar 80,3 miliar dolar AS atau turun 8,6 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Penurunan itu sedikit lebih dalam dibanding pertumbuhan ekspor periode Januari Mei 2019 yang turun 7,3 persen.
Selama semester I 2019, ekspor seluruh sektor juga mengalami pelemahan. Ekspor sektor pertambangan turun 15,4 persen, sementara tahun lalu naik 36,2 persen; sektor industri turun 4,6 persen, sementara tahun lalu naik 5,4 persen; dan sektor pertanian turun 1,0 persen, sementara tahun lalu juga turun 7,8 persen.
Sektor migas menjadi sektor yang mengalami penurunan ekspor terbesar, yaitu turun 27,7 persen (YoY); sementara semester I tahun lalu ekspornya meningkat 11 persen (YoY). Pelemahan kinerja ekspor Januari-Juni 2019 disebabkan faktor tekanan harga beberapa komoditas utama Indonesia di pasar internasional, seperti batu bara dan CPO, meskipun volume ekspornya mengalami peningkatan.
"Kondisi global masih menekan kinerja ekspor nonmigas selama Januari-Juni 2019," kata Mendag.