REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) Bambang Hidayah mengatakan, dampak kemarau tahun ini lebih parah jika dibandingkan kemarau sebelumnya. Hal itu didasari faktor panjangnya kemarau dan pengaruh tren kenaikan suhu panas di Indonesia.
Menurut dia, dampak kemarau kali ini mengakibatkan fungsi lahan irigasi di sekitaran Cisadane tak berfungsi. Dari 21.401 lahan yang berada di areal irigasi Bendung Pasar Besar Cisadane, sebanyak 21 ribu hektare lahan mengalami kekeringan.
Sedangkan di daerah sekunder Kedaung, terdapat 710 hektare lahan pertanian yang terancam kekeringan sebab pasokan air dari Sungai Cisadane terkendala kemarau. Dilaporkan, debit air Sungai Cisadane menurun hingga 1,2 meter.
“Kami khawatir (airnya) bisa terus berkurang. Nampaknya (kemarau) sekarang ini lebih parah dibanding yang sebelumnya,” kata Bambang kepada Republika, di Tangerang, Jumat (26/7).
Untuk itu dia memprediksi, apabila suplai air dari hujan tidak kunjung datang dalam dua pekan mendatang, dikhawatirkan kekeringan akan terus terjadi dan meluas. Guna melakukan antisipasi, pihaknya akan menerapkan sistem pompanisasi dari sumber-sumber air sekunder untuk dialirkan ke saluran tersier.
Di sisi lain dia menilai, dampak kemarau tahun ini juga sangat berpengaruh pada kebutuhan tanam padi dan sawah yang berada di daerah-daerah Bogor. Tak hanya lahan pertanian yang terdampak, menurut dia di Bogor dampak kemarau juga mengancam keringnya sumber air baku atau air minum.