Senin 29 Jul 2019 14:02 WIB

Electrifying Lifestyle untuk Bantu Devisa Negara

Komponen impor tertinggi di antaranya impor bahan bakar minyak dan gas elpiji.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Peluncuran Green Smart Power di Atrium Tunjungan Plaza 3 Surabaya.
Foto: Dadang Kurnia
Peluncuran Green Smart Power di Atrium Tunjungan Plaza 3 Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PT PLN (Persero) terus mengenalkan Electrifying Lifestyle, sebuah gaya hidup baru dengan menggunakan peralatan serba elektrik yang bebas emisi dan ramah lingkungan seperti motor listrik, kompor induksi, skuter, dan gokart listrik. Kampanye ini digencarkan guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan energi ramah lingkungan, yang tujuan akhirnya bisa bersama-sama menyelamatkan bumi.

"Ini kan kita membawa suatu lifestyle yang ramah lingkungan. Sekarang sudah menjadi tema di seluruh dunia itu sering dikampanyekan agar masyarakat menggunakan energi bersih atau ramah lingkungan," kata General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur, Bob Saril, di acara peluncuran Green Smart Power di Atrium Tunjungan Plaza 3 Surabaya, Sabtu (27/7).

Bob Saril mengatakan, kampanye Electrifying Lifestyle juga digencarkan untuk mengajak masyarakat secara bersama-sama membantu devisa negara. Bob Saril mengungkapkan, neraca perdagangan Indonesia, impornya masih sangat tinggi. Komponen impor tertinggi di antaranya adalah impor bahan bakar minyak dan impor gas elpiji.

"Penerapan gaya hidup ini untuk membantu devisa negara, sebenarnya. Neraca perdagangan kita kan yang paling banyak itu adalah impor. Impor tertinggi itu adalah impor bahan bakar minyak dan gas elpiji," ujar Bob Saril.

Artinya, lanjut Bob Saril, jika impor kedua komponen tersebut bisa ditekan, maka devisa negara akan terbantu. Karena dua komponem utama impor Indonesia bisa dikurangi. Lagi pula, Bob Saril meyakinkan, motor listrik tidak kalah dengan motor berbahan bakar minyak. Malahan, kata dia, biaya perawatan dan energi yang digunakannya, jauh lebih irit dibanding motor berbahan bakar minyak.

"Kalau kita ubah gaya hidupnya, tidak lagi impor BBM dan elpiji. Misalkan udah mereka pakai motor listrik, kan gak usah lagi impor BBM. Atau masyarakat sudah pakai kompor induksi kan gak usah lagi impor elpiji karena semuanya pakai listrik. Kalau listrik kan dihasilkan sendiri, di negara kita sendiri tidak usah impor," ujar dia.

Kepala Bidang Ketenagalistrikan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Timur, Didik Agus mengaku, upaya Pemprov Jatim mendorong penggunaan kompor induksi, salah satunya juga untuk membantu devisa negara. Maka dari itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengeluarkan surat edaran, agar rumah tangga yang daya listriknya di atas 2.200 VA, bisa beralih dari kompor gas ke kompor induksi.

"Gubernur sudah membuat edaran untuk pelanggan di atas 2.200 VA untuk menggunakan kompor induksi. Memang tujuannya untuk mengurangi impor daripada gas. Sehingga akan sangat berpengaruh kepada devisa. Itu dari keekonomiannya," kata Didik.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement