Selasa 30 Jul 2019 00:26 WIB

Ketua DPP PAN Sindir Partainya Sendiri

Ali Taher Parasong menyindir partainya agar memiliki sikap konsisten.

Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher Parasong.
Foto: DPR RI
Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher Parasong.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Ali Taher Parasong menyindir partainya agar memiliki sikap konsisten berada di luar pemerintahan setelah kalah pada pemilu presiden 2019. Sebab, pasangan capres-cawapresnya Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang diusungnya gagal memenangkan pemilu presiden.

"Bagi saya, kalau kalah dalam pemilu presiden, ya kalah. Selanjutnya berada di luar pemerintahan," kata Ali Taher Parasong pada diskusi "Empat Pilar: Rekomendasi Amandemen Konstitusi Terbatas untuk Haluan Negara" di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin (29/7).

Baca Juga

Menurut Ali Taher  penegakan demokrasi di Indonesia masih abal-abal karena partai politik setelah pemilu masih berpindah-pindah. "Kalau semua partai ingin bergabung ke pemerintah, maka tidak ada lagi oposisi. Tidak ada lagi partai oposisi yang akan mengontrol pemerintah," kata Ali Thaher yang menyatakan mendukung calon presiden Prabowo Subianto.

Ketua Komisi VIII DPR RI ini juga mengingatkan PAN untuk bersikap konsisten berada di luar pemerintah dan menjaga aspirasi konstituen yang telah memilihnya. "Kalau menurut saya, nggak bergabung dengan pemerintah. Cengeng amat. Kalau bergabung karena menginginkan kursi menteri kabinet supaya ada akses kekuasaan, itu terlalu kecil bagi saya. Ini dapat membuat pamor partai menjadi lebih pudar," katanya.

Menurut Ali Taher sebagai anggota DPR RI, dirinya memiliki pandangan ideologis bahwa perlu ada partai oposisi sehingga ada yang mengontrol pemerintah. "Bayangkan, kalau pemerintah berjalan tanpa koreksi akan melahirkan otoritarianisme terhadap sipil. Saya mohon maaf dan saya berterus terang, kalau saya tersenyum dalam kegelisahan," katanya.

Pada kesempatan tersebut, Ali Taher mengajak semua pihak untuk membangun bangsa dan negara dalam koridor demokrasi yang sesungguhnya, yakni dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat. "Demokrasi itu tidak semata-mata suara rakyat adalah suara Tuhan, tapi juga sebaliknya yakni suara Tuhan adalah suara rakyat. Di situlah Pancasila sebagai ideologi bangsa yang merupakan nilai-nilai luhur bangsa," katanya.

Di sisi lain, PAN sampai saat ini masih membuka peluang untuk bergabung dengan partai politik pendukung pemerintah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement