REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN --- Usia Pesantren Raudhatul Ulum Addiniyyah Kuningan memang baru menginjak tahun kedua. Tetapi keberadaannya telah membawa banyak perubahan besar khususnya bagi warga desa Kertawangunan, Kecamatan Sindangagung, Kuningan.
Sebab pesantrePesantren yang dipimpin KH Ahmad Islahuddin itu juga mempunyai program mengaji kitab-kitab kuning bagi masyarakat hingga manaqib keliling.
Pengajian Ponpes Raudhatul Ulum Addiniyyah yang dikhususkan bagi masyarakat ini mulanya berlangsung setiap Rabu malam. Karenanya pengajian itu pun dikenal masyarakat dengan Majelis Reboan Raudhatul Ulum Addiniyyah. Menurut KH Ahmad Islahuddin Majelis Reboan merupakan salah satu program dakwah pesantren kepada masyarakat luas.
“Kita harus berdakwah, tidak hanya di dalam pesantren tapi juga harus bisa keluar pesantren,” tutur KH Ahmad Islahuddin saat berbincang dengan Republika,co.id pada Selasa (6/8).
Dalam Majelis Reboan itu, masyarakat membawa sendiri kitab yang hendak dibahas. Yakni Sarah Hadits Jibril yang membahas berbagai masalah seputar fiqih, aqidah dan tasawuf. Setelah mengikuti dzikir bersama, masyarakat dibimbing mempelajari Sarah Hadits Jibril. Tak hanya itu Majelis Reboan juga menyediakan ruang dialog interaktif sehingga masyarakat bisa menanyakan berbagai hal.
Setelah selesai mengaji, kebanyakan masyarakat tak langsung pulang. Melainkan menyempatkan waktu terlebih dulu untuk berbincang sembari menikmati kopi dan hidangan yang telah disediakan.
Karena itu, masyarakat khususnya di Kertawangunan pun begitu antusias mengikutinya. Bahkan, untuk memenuhi keinginan masyarakat untuk lebih memperdalam literatur keislaman, Pesantren pun menambah pengajian Ihya Ulumuddin dan Sahih Bukhari setiap Ahad.
Muhammad Uha salah satu koordinator Majelis Reboan Pesantren Raudhatul Ulum Addiniyyah yang juga warga sekitar mengatakan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pesantren bagi masyarakat begitu bermanfaat. Terlenih mampu menghidupkan kegiatan-kegiatan agama di lingkungan masyarakat sekitar.
Dari Majelis Reboan itulah, pesantren dan masyarakat yang aktif mengaji memulai kegiatan manaqib keliling. Saban malam, kelompok Majelis Reboan Ponpes Raudhatul Ulum Addiniyyah itu pun membacakan manaqib secara bergiliran dari satu rumah warga ke rumah warga lainnya. Selain untuk menambah ilmu kegiatan itu juga untuk mempererat tali silaturahmi.
“Alhamdulillah awalnya dari satu blok, kemudian dari mushola ke mushola, dan ada yang minta ke rumah, akhirnya sekarang dari rumah ke rumah terus menerus,” katanya.
Pesantren Raudhatul Ulum Addiniyyah berdiri pada 2017. Pesantren ini didirikan dari wakaf Haji Yayat Hidayat salah seorang warga Kertawangunan. Pesantren ini kemudian dipimpin KH Ahmad Islahuddin yang masih keluarga Pesantren Lengkong Kuningan. Pesantren ini menerapkan metode mengajar salafi dengan sistem sorogan kitab dan bandoengan.
Selain itu, Pesantren juga mempunyai program khitobah agar santri mampu berdakwah dihadapan masyarakat luas. Kedepannya pesantren pun berencana untuk mendirikan sekolah formal agar bisa memfasilitasi santri yang berkeinginan menimba ilmu di pesantren namun tetap bisa dapat mengenyam pendidikan formal.