Rabu 07 Aug 2019 11:53 WIB

Saudah Binti Zam'ah, Ummul Mukminin yang Penyabar

Demi mempertahankan imannya, Saudah rela berhijrah dari kampung halamannya

Oase (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Oase (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saudah binti Zam'ah bin Qais bin Abdi Syams merupakan deretan sahabat Nabi Muhammad SAW dari kalangan wanita yang imannya kuat. Demi mempertahankan imannya, Saudah rela berhijrah dari kampung halamannya dan akhirnya diperistri oleh Rasulullah SAW.

Bersama delapan teman dari golongan Bani Amir, Saudah meninggalkan harta untuk hijrah ke Habasyah. Setelah berada di tempat hijrah di daerah Habsyi, penderitaan dan tantangan tak jua reda. Saudah mendapatkan cacian, siksaan, dan intimidasi karena menolak ajakan kesyirikan dari warga pribumi.

Karena intimidasi itulah, Saudah kehilangan beberapa teman dan juga suaminya. Berada di negeri asing dan mendapatkan tekanan jelas membuat batin Saudah terluka. Namun, Saudah adalah sosok yang sangat tegar.

Melihat hal itu, Rasulullah SAW menaruh perhatian yang sangat istimewa terhadapnya. Oleh karena itu, tiada henti-hentinya Khaulah binti Hakim as-Salimah menawarkan Saudah untuk beliau SAW hingga akhirnya beliau menerima Saudah.

Rasulullah SAW mendampingi Saudah dan membantunya menghadapi kerasnya hidup. Apalagi, kala itu, umur Saudah telah mendekati usia senja, sehingga membutuhkan seseorang yang dapat menjaga dan mendampinginya.

Setelah ditinggal Khadijah wafat, tidak ada seorang sahabat pun yang berani mengajukan masukan agar Rasulullah menikah lagi.

Khadijah telah mengimani Rasulullah SAW di saat manusia mengufurinya dan menyerahkan seluruh hartanya di saat orang lain menahan bantuan terhadapnya dan bersamanya pula Allah SWT mengaruniakan kepada Rasulullah SAW putra-putri yang baik.

Namun, melihat keadaan Rasulullah, Khaulah binti Hakim memberanikan diri mengusulkan kepada Rasulullah SAW dengan cara yang lemah lembut dan ramah.

Khaulah bekata, "Tidakkah Anda ingin menikah, ya Rasulullah?"

Rasulullah SAW menjawab dengan nada sedih, "Dengan siapa aku akan menikah setelah dengan Khadijah?"

Khaulah menjawab, "Jika Anda ingin, Anda bisa dengan seorang gadis dan bisa pula dengan seorang janda."

Rasulullah SAW menjawab, "Jika dengan seorang gadis, siapakah gadis tersebut?"

Khaulah menjawab, "Putri dari orang yang Anda cintai, yakni Aisyah binti Abu Bakar."

Setelah terdiam beberapa saat, beliau bertanya, "Jika dengan seorang janda?"

Khaulah menjawab, "Ia adalah Saudah binti Zam'ah, seorang wanita yang telah beriman kepada Anda dan mengikuti yang Anda bawa."

Beliau lantas menyetujui anjuran Khaulah dan menikahi Saudah. Sebagai seorang istri, Saudah mampu menunaikan kewajibannya dalam rumah tangga bersama Rasulullah SAW, melayani putri beliau, dan mendatangkan kebahagiaan serta kegembiraan di hati Rasulullah SAW.

Setelah tiga tahun berjalan, masuklah Aisyah dalam rumah tangga Rasulullah SAW, disusul kemudian istrinya yang lain.

Saudah menyadari jika ia sudah masuk usia senja. Ia sadar, tidak bisa melayani Rasulullah SAW sebagaimana para istri beliau yang lain.

Rasulullah SAW pun hampir menceraikan Saudah. Namun, Saudah meminta agar Rasulullah SAW mempertahankannya sebagai istri. Saudah hanya ingin mencari ganjaran yang besar dan keutamaan sebagai istri Rasulullah SAW.

"Pertahankanlah aku, ya Rasulullah! Demi Allah, tiadalah keinginanku diperistri itu karena ketamakan. Akan tetapi, hanya berharap agar Allah SWT membangkitkan aku pada hari kiamat dalam keadaan menjadi istrimu."

Begitulah Saudah, lebih mendahulukan keridhaan suaminya yang mulia maka ia berikan gilirannya (tidur) kepada Aisyah untuk menjaga hati Rasulullah SAW. Sementara, ia sendiri sudah tidak memiliki keinginan sebagaimana layaknya wanita lain.

Rasulullah SAW pun menerima usulan istrinya yang memiliki perasaan halus tersebut. Tak berapa lama, turunlah ayat Aquran an-Nisa ayat 128.

Setelah masuk di rumah tangga Rasulullah SAW yang dijalaninya dengan keridhaan dan ketenangan, Saudah bersyukur kepada Allah SWT yang telah menempatkan dirinya di samping sebaik-baiknya mahluk di dunia.

Saudah juga bersyukur kepada Allah SWT karena telah mendapatkan gelar Ummul mukminin dan menjadi istri Rasulullah SAW di surga. Akhirnya, Saudah wafat pada akhir pemerintahan Umar bin Khatab RA.

Melihat kesabaran dan keridhaan Saudah, Aisyah begitu kagum. Saudah dinilai Aisyah adalah wanita yang memiliki kesetian yang luar biasa terhadap suaminya.

"Tidak ada seorang wanita pun yang paling aku sukai agar aku memiliki sifat seperti dirinya melebihi Sudah binti Zum'ah yang tatkala usianya telah senja, ia berkata, 'Ya Rasulullah aku hadiahkan kunjungan Anda kepadaku untuk Aisyah.'"

sumber : Dialog Jumat Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement