REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mabes Polri mencurigai adanya serangan siber dalam peristiwa mati listrik mendadak di Jakarta, Jawa Barat, Banten dan sebagian Jawa Tengah, pada akhir pekan lalu (4/8) mulai pukul 11.45 WIB. Satuan siber Bareskrim Polri pun ikut diterjunkan untuk menginvestigasi kasus tersebut.
Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, pihaknya telah menugaskan tim khusus untuk melakukan penyelidikan. Direktur Tindak Pidana Tertentu (Dirtipidter) Brigjen Fadil Imran didapuk sebagai pemimpin tim beranggotakan 30 orang.
Menurut Dedi, tim khusus itu juga melibatkan sejumlah pakar teknologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) pun turut disertakan dalam penyelidikan tersebut.
"Tim ini akan bekerja dari hulunya sampai hilir," ungkap Dedi di Mabes Polri, Rabu (7/8).
Dedi menjelaskan, pelibatan tim siber dilakukan berkaca dari kejadian serupa yang di Eropa. Ia mengungkapkan bahwa di Eropa pernah terjadi blackout (listrik padam mendadak secara massal) akibat adanya serangan siber.
"Makanya tim siber dari Polri ikut dilibatkan dalam investigasi ini,” ujar Dedi.
Kecurigaan adanya serangan siber dalam insiden padamnya listrik secara luas di Pulau Jawa akhir pekan lalu menambah dugaan penyebab kejadian tersebut. Sejumlah spekulasi sempat mencuat dalam beberapa hari terakhir tentang pemicu listrik mati di sejumlah di DKI Jakarta, dan kota-kota satelitnya, serta di Banten, dan Jawa Barat (Jabar), juga Jawa Tengah (Jateng).
Polri semula meyakini penyebabnya ialah faktor alam. Bahkan,pada Senin (5/8), polri menyampaikan hasil penyelidikan sementara mengungkap penyebab padamnya listrik adalah pohon Sengon yang melampau batas tinggi di sekitar fasilitas pengantar listrik areal Jawa, di Ungaran, di Desa Malon, Gunung Jati.
Tinggi pohon yang melewati batas wajar disebut membuat lompatan listrik dan membuat fasilitas penyalur listrik terganggu. Polri pun sempat memeriksa sejumlah petugas PLN di lokasi tersebut untuk mencari aspek pidananya.
Akan tetapi, faktor dugaan alam yang menjadi penyebab terganggunya suplai listrik itu dibantah oleh PLN. Bantahan tersebut membuat penyebab matinya listrik masih belum dapat dipastikan.
Dedi mengatakan, kepolisian meyakini adanya unsur pidana dalam insiden listrik mati, namun pihaknya akan tetap bekerja sesuai dengan fakta hukum dan pembuktian ilmiah. Ia pun mencontohkan peristiwa serupa di Indonesia pada 2012 yang terbukti dilatari unsur kesengajaan.
"Jika hasil penyelidikan membuktikan adanya unsur kesengajaan, dapat ditingkatkan ke penyidikan," ungkapnya.
Seperti dilansir laman Quartz pada Januari 2016, badan intelijen AS dan sejumlah pakar keamanan siber mengonfirmasikan kasus serangan siber pertama di dunia yang menargetkan jaringan listrik pada akhir Desember 2015. Serangan siber memutus aliran listrik ke lebih dari 600 ribu rumah di Ukraina.
Menurut para pakar, sumber serangan berasal dari Rusia. Prykarpattyaoblenergo, perusahaan energi di wilayah Ivano-Frankisvk, barat Ukraina, menyatakan pada 23 Desember 2015 telah terjadi pemadaman listrik (blackout) di sebagian besar wilayah layanannya akibat adanya penyusup yang mengganggu sistemnya.