REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Aktor Adipati Dolken mengkui kesulitan terbesar saat memerankan Hardo di film Perburuan adalah berdialog sastra. Berdialog sastra diakuinya sulit karena harus benar-benar memahami tujuan atau isi yang ingin disampaikan dari kalimat per kalimat yang dilafalkan. Karena, kata dia, jika hanya menghafal saja, bisa jadi aktingnya tidak benar-benar total.
"Itu (dialog sastra) memang yang lebih baik harus dipahami dulu ideologi dari kalimat per kalimat dialognya seperti apa. Karena kalau cuma ngehafal doang, akhirnya cuma di permukaan aja," kata Adipati saat menggelar konferensi pers di Hotel Majapahit Surabaya, Sabtu (10/8) dini hari.
Pria yang akrab disapa Dodot tersebut mengakui, para pemeran film Perburuan memang menjalani proses untuk memahami setiap kalimat yang dilafalkan. Menurutnya, itu menjadi kesulitan paling besar, karena penjelasan untuk memahami kalimat yang dilafalkan, bisa mencapai 13 lembar.
"Setiap kalimat yang dikeluarin itu kesulitan paling besar juga karena kalimatnya bukan cuma 3 baris . Tapi memang sampai 13 lembar penjelasannya. Itu yang paling berat. Kemudian medan di lokasinya juga cukup berat karena kita harus mendaki gunung lewati lembah," ujar Adipati.
Sementara, untuk membangun pemahaman antar pemain, menurut Dodot, tidak ditemukan kendala sama sekali. Karena diakuinya, sebagian besar yang memainkan peran pada film tersebut, sudah saling kenal dan bahkan pernah main film bareng. Itu juga yang diakuinya menjadi suatu keuntungan, sehingga proses pembuatan film berjalan baik.
"Kalau chemistry sebenarnya keuntungan kita, karena kita sudah kenal satu sama lain sebelumnya. Kita sudah pernah main bareng di luar atau di dalam set. Jadi kalau untuk membangun chemistry nggak terlalu susah," kata Dodot.