REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Bencana kekeringan yang menimpa Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, belum selesai. Bupati Gunungkidul, Badingah mengungkapkan, sudah 14 kecamatan yang terpapar kekeringan.
"Untuk saat ini, yang terpapar kekeringan ada di 14 kecamatan dan sekitar 134 ribu jiwa terdampak," kata Badingah ketika menerima bantuan air ACT DIY di Bangsal Sewokoprojo, Jumat (9/8).
Badingah mengatakan, Pemkab Gunungkidul sudah mencoba mengoptimalkan perusahaan daerah air minum (PDAM). Tapi, ternyata belum bisa terpenuhi karena geografis Gunungkidul yang tidak memungkinkan.
Untuk itu, Badingah memberikan apresiasi kepada lembaga-lembaga yang memberikan perhatian atas kondisi tersebut. Utamanya, melalui bantuan-bantuan droping air kepada masyarakat.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY, salah satunya. Pada kesempatan itu, ACT DIY memberikan respons lebih masif dari sebelumnya dengan menerjunkan langsung 12 armada truk tangki air.
Penerjunan armada-armada itu dilepas Bupati Gunungkidul. ACT DIY menggandeng Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul untuk memaksimalkan distribusi.
"Saya ucapkan terima kasih kepada ACT atas segala perhatian dan dukungan kepada masyarakat Gunungkidul, mudah-mudahan dapat mengurangi penderitaan masyarakat," ujar Badingah.
Bantuan ini masuk dalam program Humanity Mobile Water Tank. ACT Turut menggandeng mitra-mitra seperti Universitas Islam Indonesia (UII), Kitabisa.com, Lazis Perkasa, dan mitra-mitra lain.
Dalam sambutannya, Kepala Cabang ACT DIY, Bagus Suryanto mengatakan, droping air sendiri sudah dilaksanakan sejak Juni 2019. Penerjunan ini menjadi droping air ke-15 yang dilaksanakan. "Harapannya, program ini bisa memenuhi kebutuhan air masyarakat Kabuapten Gunungkidul, sekaligus ini sebagai peresmian program Humanity Mobile Water Tank," kata Bagus.
Usai dilepas, 12 truk tangki langsung droping air bersih. Mulai Kecamatan Nglipar, Patuk, Gedangsari, Semin, Ngawen, Karangmojo, Ponjong, Tepus, Rongkop, Tanjungsari, sampai Kecamatan Semanu.
Meski begitu, Bagus menekankan, program droping air bersih tidak boleh dijadikan satu-satunya solusi masalah kekeringan di Kabupaten Gunungkidul. Apalagi, terjadi rutin setiap tahun.
Bagus menegaskan, droping air cuma merupakan bentuk respon darurat ACT untuk menyediakan air bagi masyarakat. Sebab, tentu saja tidak bisa tinggal diam ketika melihat ada masyarakat yang kesulitan. "Apalagi, sampai terpaksa menjual hasil ternak hanya untuk membeli air untuk kebutuhan sehari hari," jelas dia.
Selain program droping air bersih, secara perlahan ACT melalui Global Wakaf turut membangun belasan sumur wakaf di Kabupaten Gunungkidul. Itu menjadi solusi jangka panjang ACT DIY.