Senin 12 Aug 2019 08:33 WIB

Kabut Asap, Pontianak Pertimbangkan Mundurkan Jam Belajar

Kabut asap karhutla masih mengusik warga Pontianak.

Umat Islam melaksanakan Salat Idul Adha di tepian Sungai Kapuas di Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (11/8). Umat Muslim di Pontianak melaksanakan salat Idul Adha dalam kondisi diselimuti kabut asap pekat yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan.
Foto: Jessica Helena Wuysang
Umat Islam melaksanakan Salat Idul Adha di tepian Sungai Kapuas di Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (11/8). Umat Muslim di Pontianak melaksanakan salat Idul Adha dalam kondisi diselimuti kabut asap pekat yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan.

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono menyatakan, pihaknya berencana akan memundurkan jam belajar di kota itu karena dampak kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ia juga mengimbau warga Kota Pontianak untuk mengurangi aktivitas di luar rumah karena kondisi udara yang masih diselimuti asap.

"Kami akan memantau terus perkembangan kondisi udara, sebab kondisi asap masih belum stabil antara pagi, siang dan malam," katanya di Pontianak, Senin.

Baca Juga

Ia menjelaskan, pihaknya akan melihat dulu, kalau seandainya pada pagi hari kondisi asap sangat pekat, mungkin jam belajar akan dimundurkan tanpa meliburkan siswa sehingga aktivitas belajar mengajar tetap berjalan.

Pihaknya juga akan mengurangi jam belajar siswa di sekolah bila kondisi udara masih diselimuti asap. Namun, apabila kualitas udara sudah masuk kategori sangat tidak sehat, maka aktivitas belajar mengajar siswa di sekolah akan diliburkan.

"Harapan kami mudah-mudahan tidak berdampak pada aktivitas pendidikan karena sangat merugikan kita semua," ujarnya.

Menurut dia, sebagian besar kabut asap yang menyelimuti udara di Kota Pontianak berasal dari daerah sekitar atau dari luar wilayah Kota Pontianak. Pantauan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pontianak menyebutkan kebakaran lahan di Kota Pontianak hanya terjadi di beberapa titik dan tidak besar.

"Kebakaran lahan yang terjadi itu pun sudah dilakukan pemadaman, sebagian besar asap ini kiriman dari daerah lain," katanya.

Edi juga mengingatkan agar setiap warga yang beraktivitas di luar untuk mengenakan masker. Selain itu, Edi juga meminta warga menghemat penggunaan air bersih lantaran kadar garam Sungai Kapuas sudah berada di atas ambang batas, yakni 600 miligram per liter.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement