REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia mengindikasikan perlambatan kenaikan harga properti residensial di pasar primer pada kuartal dua 2019. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal dua 2019 yang tumbuh 0,20 persen (qtq) atau melambat dibandingkan 0,49 persen (qtq) pada kuartal sebelumnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan melambatnya kenaikan harga properti residensial terjadi pada semua tipe rumah. “Kenaikan harga rumah diperkirakan meningkat pada kuartal tiga 2019 sebesar 0,76 persen (qtq),” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika, Senin (12/8).
Onny menjelaskan volume penjualan properti residensial pada kuartal dua 2019 tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan -15,90 persen (qtq) atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 23,77 persen (qtq). Penurunan penjualan properti residensial disebabkan oleh penurunan penjualan pada rumah tipe kecil dan rumah tipe menengah.
“Responden bilang beberapa faktor yang menyebabkan penurunan penjualan adalah melemahnya daya beli, suku bunga KPR yang cukup tinggi dan tingginya harga rumah,” ucapnya.
Hasil survei juga menunjukkan pembiayaan pembangunan properti residensial oleh pengembang terutama bersumber dari non perbankan. Hal ini tercermin pada pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dana internal pengembang yang mencapai 60,57 persen.
“Sisi konsumen pembelian properti residensial sebagian besar masih menggunakan fasilitas KPR sebagai sumber pembiayaan utama,” ucapnya.