REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN --- Pondok Pesantren Daarul Huffaazh Kuningan terus mengalami kemajuan. Pesantren tahfidz satu-satunya yang berada di Desa Gara Tengah, Kecamatan Japara, Kabupaten Kuningan ini saban tahunnya konsisten menelurkan santri-santri penghafal Alquran.
Tak hanya itu, santri Daarul Huffaazh juga sering menjuarai berbagai kompetisi di bidang keagamaan. Namun dibalik kemajuan pesantren Daarul Huffaazh, terselip kisah perjuangan pendirinya yakni pasangan KH Syairozi Hasan dan Ustazah Eros Rosita.
KH Syairozi dan Ustazah Eros telah lama mempunyai mimpi bisa mendirikan pesantren yang khusus untuk mencetak para penghafal Alqur'an. Mimpi itu mulai dirintis KH Syairozi pada 1993. Ia mulai mendidik santri-santri di daerah asalnya yakni di Indramayu. Di sebuah rumah bambu, kala itu baru segelintir santri saja yang belajar tahfiz Alqur'an dari KH Syairozi.
Sementara Ustazah Eros, pada tahun 2000 juga membuka rumah tahfidz bernama Ibnu Mas'ud di daerah Manis Kidul jumlah santrinya kala itu sekitar 20 santri. Pasang surut jumlah santri menghiasi perjalanan sepasang suami istri itu dalam mewujudkan mimpi membangun pesantren khusus tahfidz.
Setelah KH Syairozi malang melintang menjadi pengajar di lembaga pendidikan di Ibu kota Jakarta, pasangan suami istri itu pun menetap di Kuningan terlebih karena keduanya juga menjadi pengajar di Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kuningan.
“Karena kita punya misi dakwah, kita mengawali cukup nekat dengan tak ada sumber ekonomi yang bisa menopang perjalanan pesantren, hanya mengandalkan keuangan pribadi dan SPP, awalnya kita mengontrak beberapa rumah,” kata Ustazah Eros saat berbincang dengan Republika.co.id pada Rabu (21/8).
Dalam perjalannya, KH Syairozi dan Ustazah Eros mulai mengontrak beberapa rumah warga di desa Gara Tengah untuk menampung sekitar 40 santri yang datang dari berbagai wilayah di Kuningan.
Menurut Ustazah Eros, kala itu ia dan suaminya memanfaatkan mushola warga untuk belajar Al Qur'an. Tak hanya santri, sering pula masyarakat terlibat dalam berbagai kegiatan keagamaan yang dimotori pasangan suami istri itu.
Seiring berjalannya waktu, KH Syairozi dan Ustazah Eros mendapat dukungan penuh dari keluarga, rekan-rekannya serta warga Japara untuk mendirikan pesantren. Akhirnya secara bertahap, pasangan suami istri itu pun membangun pesantren Daarul Huffaazh. Pada 2010, di sebuah tanah wakaf KH Syairozi pun mulai membangun pesantren.
“Bangunan itu belum tuntas, tetapi 2011 itu sudah diisi sebagian santri yang tadinya mengaji di rumah kita pindahkan. Jadi sambil berjalan,” kata Ustazah Eros.
Kini bangunan pesantren Daarul Huffaazh sudah berdiri kokoh. Selain kamar santri, masjid, ruang belajar, pesantren Daarul Huffaazh juga mendirikan lembaga pendidikan formal tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.
Jumlah santri yang bermukim di pesantren Daarul Huffaazh saat ini berjumlah 90 santri. Menurut Ustazah Eros, lebih dari separuh santrinya berasal dari keluarga yang tergolong dhuafa.
“Sebab kami berfikir masih banyak masyarakat yang ingin memasukkan anaknya ke pesantren, tapi kalau biayanya mahal tak bisa menjangkau. Sehingga kami ingin memberikan alternatif bagi masyarakat,” katanya.
Ada motivasi lebih yang membuat keduanya sangat ingin mendirikan pesantren tahfidz. Menurut Ustazah Eros, melalui Daarul Huffaazh ia ingin warga Kuningan terlebih bagi keluarga dhuafa bisa melahirkam generasi-generasi penghafal Alquran. Dengan itu, menurutnya menjadi ladang amal yang bermanfaat bagi keduanya.
“Sebab yang memuliakan yang menghafal Alquran diberikan kedudukan yang mulia, kita ingin Daarul Huffaazh ini memang sebagai kampungnya para penghafal Quran yang bisa menyebarkan kesejukan, cahaya, petunjuk dari Alqur'an bagi masyarakat,” katanya.