REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Pemerintah membuka keran impor daging sapi asal Brasil sebesar 50 ribu ton melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dibukanya keran impor tersebut dinilai Bulog sebagai peluang bagi konsumen untuk mendapatkan harga beli yang murah.
Sebanyak 50 ribu kuota impor dibagi kepada tiga perusahaan BUMN seperti Perum Bulog sebesar 30 ribu ton, PT Berdikari sebesar 10 ribu ton, dan PT Perusahaan Perdagangan (PPI) sebesar 10 ribu ton. Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal menyampaikan, realisasi pengadaan daging impor Brasil akan direalisasikan secepatnya.
“Secepatnya kita realisasikan, daging ini juga bisa kita jual dengan kompetitif di pasar domestik nantinya,” ujar Awaludin saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (21/8).
Sebagai perbandingan, pemasok daging sapi terbesar di Indonesia berasal dari Australia. Berdasarkan catatan PT Berdikari, harga daging Australia memang masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan daging Brasil. Daging sapi Australia dibanderol dengan harga di atas 4 dolar AS sedangkan daging sapi Brasil dibanderol di bawah 4 dolar AS per kilogram (kg).
Ke depannya apabila daging impor tersebut sudah masuk, kata Awaludin, Bulog bakal segera mendistribusikan ke pasar sesuai dengan kebutuhan. Biasanya, Bulog menjual daging sapi beku sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET).
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen, HET daging beku sapi dan kerbau berada di level Rp 80 ribu per kg. Menurut dia, jika Bulog bisa mendapatkan harga yang lebih kompetitif dari Brasil dibanding dengan Australia, sejumlah wilayah bisa mendapatkan harga jual di bawah HET.
“Kita lihat kondisi dan lokasinya, kalau memang itu lokasi sulit diakses, harga maksimum kita jual sesuai HET. Kalau aksesnya mudah, seperti Jakarta, bisa di bawah HET kita jual,” ujarnya.