REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, Memiliki anak yang aktif dan suka bermain bagi sebagian orang dipandang sebagai hal tak mengenakkan. Suka merepotkan orang tua, hingga menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran yang berujung pada pelarangan dan pembatasan terhadap anak-anak.
Bagaimana seharusnya orang tua menyikapi anak-anak yang gemar bermain? Apakah kegemaran anak bermain adalah salah dan mutlak harus dibatasi? Ternyata, justru sebagian cendekiawan Muslim menyarankan agar membiarkan anak bermain sepuasnya dengan tetap diawasi oleh orang tua.
Dalam kitab Ihya Ulumiddin, Imam Abu Hamid al-Ghazali, menjelaskan sebaiknya izinkan anak bermain setelah mereka belajar. Berikan permainan yang bagus untuk menghilangkan tegangnya belajar di kelas, tetapi permainan yang tidak membuatnya lelah bermain juga.
Sungguh, melarang anak bermain, dan memaksa mereka untuk terus belajar, akan mematikan hatinya, merusak kecerdasannya, menyusahkan kehidupannya, sampai akhirnya dia akan terus berusaha mencari cara untuk lepas sama sekali dari belajar.
Mengutip kitab al-Fawaid al-Mukhtarah dan Tastbit al-Fuad, dikisahkan sebuah cerita bahwa seorang ayah mengaduh kepada salah seorang ulama saleh mengenai anaknya yang terlalu banyak bermain. Dia bawa anaknya. Orang saleh mengambil tangan sang anak dan mengatakan, "Ayo sana bermainlah nak."
Ayah sang anak tadi justru heran,”Mengapa?”
Lantas ulama yang bersangkutan menjawab,” Biarkan dia menghabiskan naluri bermainnya sekarang karena masih usianya bermain. Jika dilarang, nanti dia akan terus bermain meski sudah bukan usianya. Barangsiapa yang tergesa-gesa sebelum saatnya, akan kehilangan selamanya."
Kisah tersebut, tentu ada hikmahnya. Betapa banyak disaksikan saat ini, orang dewasa yang kecanduan bermain gim dan tenggelam dengan masa kekanak-kanakan akibat masa kecil kurang bermain.