REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Kekhalifahan Umayyah yang berpuswat di Damaskus tumbang pada 748 M, kekuasaan dunia Islam
mulai digenggam Dinasti Abbasiyah. Peralihan kekuasaan ini menyebabkan kota Tunis dan seluruh wilayah Tunisia sempat terlepas dari pengawasan pusat kekhalifahan.
Namun, pada 767 kota Tunis kembali dapat dikuasai Dinasti Abbasiyah pada 767 M. Tiga tahun kemudian, Khalifah Abbasiyah yang berpusat di kota Baghdad menunjuk Ibrahim Ibnu Aghlab sebagai gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairouan. Pada masa ini, di kota Tunis mulai berdiri Masjid Agung Ezzitouna.
Mulai saat itu, peradaban Islam mencapai era kejayaan di Tunisia dan kawasan Arab Maghrib. Dari zaman ke zaman kota Tunis dikuasai sederet kerajaan dan kekhalifahan Islam, antara lain, Dinasti Aghlabiah (767-910 M), Fatimiyah (910- 973 M), Ziridiah
(973-1062 M), Almohad (Al-Muwahidun) (1159-1228 M), dan Hafsiah (1230-1574 M). Kota Tunis juga sempat menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Khilafah Utsmani Turki (1574- 1591 M). Di masa Khilafah Ustmani, Tunisia menjadi wilayah otonom di bawah
pemerintahan Dinasti Dey (1591-1659 M), Mouradi (1659-1705 M), dan Huseini (1705 -1957 M).
Kota Tunis mulai berubah menjadi ibu kota kekhalifahan Islam di wilayah Maghrib pada 894 M. Ketika itu, penguasa Dinasti Aghlabiah, Abu Ishak, memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahannya dari Kairouan ke Tunis. Saat Dinasti Ahglabiah berkuasa, di Tunis berdiri dengan megah istana kerajaan. Selain itu, ilmu pengetahuan pun mulai berkembang di kota itu.
Dinasti Aglabiah yang menjalin hubungan yang erat dengan Kekhalifahan Abbasiyah banyak menerapkan meniru kebijakan dinasti yang berpusat di Baghdad itu. Salah satunya, Dinasti Aglabiah turut mendirikan Bait Al- Hikmah, seperti yang dilakukan Dinasti Abbasiyah di era kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M). Memasuki tahun 910 M, kejayaan Aghlabiah memudar.
Kota Tunis terpuruk dalam kubangan huru-hara ketika bangsa Normandia menginvasi wilayah Maghrib. Bangsa Normandia berhasil dipukul Kekhalifahan Fatimiyah yang berpusat di Mesir. Tunis kembali mulai bergeliat ketika Dinasti Almohad atau Al-Muwahidun yang berasal dari suku Barbar Islam berkuasa pada abad ke-12 M.
Pada era kejayaan Almohad, ilmu pengetahuan berkembang pesat di wilayah Maghrib. Salah seorang sarjana terkemuka pada era itu, Abu Yusuf Yakub, membangun sejumlah perpustakaan di Tunis dan wilayah Maghrib lainnya. Dinasti ini juga mendukung aktivitas para sarjana Muslim, seperti Ibnu Tufail dan Ibnu Rushd untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan. Salah satu arsitektur peninggalan dinasti ini adalah bangunan Giralda of Seville.