REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Sigit Indrijono
JAKARTA — 'Dan Dialah (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walau kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.'' (QS Al Anfaal [8]: 63).
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT mempersatukan hati orang mukmin dalam suatu jalinan ukhuwah yang timbul atas dasar keimanan. Merupakan jalinan persatuan yang kokoh, sebagai potensi kekuatan yang diberikan oleh-Nya. Banyak fitnah dan cobaan yang dihadapi umat Islam saat ini. Konflik antarsesama Muslim yang kita saksikan bersama saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Diperlukan kearifan pemimpin-pemimpin kelompok dalam menghadapi kondisi demikian. Kesadaran sebagai suatu kesatuan umat Islam perlu digugah. Bukan dengan saling tuduh yang akan semakin memperkeruh suasana konflik.
Perbedaan-perbedaan pendapat yang muncul, tidak seharusnya disikapi dengan perselisihan yang tidak perlu. Namun, diselesaikan melalui musyawarah secara bijak. Kesepakatan dibuat secara kolektif untuk kepentingan bersama. Semua pihak yang berbeda pendapat dihargai martabatnya. Tidak ada yang merasa dirugikan atas kesepakatan yang diputuskan dalam musyawarah.
Kata kunci yang harus selalu diperhatikan jika terjadi konflik adalah ishlah. Dalam hal ini, tidak ada yang merasa menang atau kalah. Sikap fanatisme golongan harus disingkirkan jauh-jauh. ''Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.'' (QS Al Hujuraat [49]: 10).
Sangat disayangkan, bila umat tercerai-berai karena pertikaian yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan musyawarah. ''Kaum Muslim adalah satu badan, jika ada satu anggota badan menderita sakit, seluruh badan akan demam.'' (HR Bukhari Muslim). Hadis di atas menekankan tentang pentingnya empati seorang Muslim dengan ikut merasakan permasalahan atau kesulitan yang dihadapi oleh saudaranya. Hal ini merupakan indikator tingkatan ukhuwah yang tertanam di dalam hati seorang Muslim.
Merupakan suatu kezaliman, jika kita tidak peduli dengan penderitaan yang dialami saudara-saudara kita. Puncak dari setiap ukhuwah adalah itsar, yakni lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Suatu pengorbanan yang sangat mulia, yang tidak memikirkan kepentingan diri semata namun mementingkan kemaslahatan bersama. Sungguh indah jika setiap Muslim menjaga ukhuwah.